Sabtu, 14 September 2013

Laksana Noda di Secarik Kertas Putih

Tuhan, aku tau Kau selalu menyertaiku, membimbing langkahku. Kau selalu hadir di setiap peristiwa yang kualami. Kau curahkan rahmat atasku. Tangan-Mu yang menenun dan membentukku sejak aku masih berada dalam kandungan ibuku. Kau ciptakan aku unik dan berbeda. Kau memberiku beberapa talenta. Melengkapiku dengan kelebihan serta kekurangan.
Keadaan Setiap Manusia Saat Dilahirkan
Aku percaya, aku terlahir semata-mata karena rencana-Mu. Kehadiranku merupakan anugrah luar biasa yang kuterima. Awalnya, aku terlahir dalam ketidak-tahuan. Aku bagaikan kertas kosong yang masih putih bersih tanpa ada tulisan atau setitik nodapun. Aku menangis begitu terlahir, mungkin saat itu aku belum siap. Namun, Tuhan-lah yang membimbingku, melalui sentuhan lembut dari tangan Ibuku. Tuhan membuatku percaya akan kehendak-Mu atas diriku.
Seiring berjalannya waktu, kertas putih itu mulai terisi, coretan kehidupan mulai tertoreh disana, cerita yang belum pasti kemana alurnya. Tuhan mempertemukanku dengan teman-teman yang selalu mendukungku. Tuhan memberikan orang tua yang sudah begitu sabar dalam mendidik dan membesarkanku, serta orang lain yang ikut serta mewarnai hidupku. Setiap pribadi dari mereka adalah penulis juga karakter yang ikut menorehkan kisah di selembar kertas itu. Aku percaya, mereka adalah perpanjangan kasih yang sengaja Kau utus.
Kesalahan Kecil yang Menorehkan Sebercak Noda
Kini, ketika aku mulai beranjak dewasa. Saat aku perlahan mulai belajar tentang sesuatu yang sebelumnya tak ku-pahami. Aku sudah mulai bersikap mandiri. Tapi karenanya, kadang aku malah kurang bersyukur. Kadang aku menjadi lupa diri dan merasa serba bisa. Menanggap kelebihanku adalah sesuatu yang ‘wajar’ tanpa harus bersyukur atasnya.
Saat orang tua menasihatiku, memberitahu-ku akan kesalahan yang kulakukan. Namun, yang kulakukan, aku malah membantah mereka, aku malah marah. Seringkali aku mengecewakan mereka. Juga dengan teman-temanku, kadang terjadi selisih pendapat, masalah kecil yang sebenarnya mudah untuk dicari jalan keluarnya, namun aku tak mau mengalah, aku menjadi orang yang egois, dan aku yang mempersulit masalah itu. Kertas yang semula putih bersih, sekarang ternoda, bahkan banyak sekali bercak noda yang membuatnya kotor dan tak putih lagi.
Memang awalnya hanya setitik, namun bisa jadi begini
Kala cobaan datang, kala masalah menghampiri. Seringkali aku mengeluh, seringkali aku menyesal dan menyalahkan keadaan. Seringkali pertanyaan ini terlontar ‘Mengapa Tuhan memberi cobaan yang begitu berat?’ aku lupa apa yang Tuhan maksudkan, yaitu untuk menyadarkanku dan membuatku memperbaiki kesalahan yang kubuat. Aku selalu berharap untuk dapat kembali ke waktu sebelum masalah itu terjadi agar dapat memperbaiki atau mencegahnya. Aku juga berharap aku sedang bermimpi, jadi begitu aku bangun, masalah itu sirna. Namun, inilah hidup kita harus berfikir realistis mana mungkin waktu dapat kembali, sekalipun hanya 1 detik. Mustahil!
Seringkali aku lupa betapa pentingnya mengucap syukur, lupa untuk berterima kasih, berdoa-pun kadang tak serius. Namun, saat cobaan itu datang, saat ketakutan membayang-bayangiku, disaat itulah aku baru mencari-cari Engkau, ‘Dimanakah Tuhan?’ ‘Masih adakah Tuhan untukku?’ ‘Masih perdulikah Tuhan padaku’ Pertanyaan itu, sering kali berputar di benakku, Aku meragukan kasih Allah, aku seringkali putus asa.
Sesungguhnya aku ini adalah manusia yang lemah, yang seringkali jatuh kedalam dosa, jatuh kedalam lubang yang sama, dalam kesalahan yang sama. Kini kertas putih itu ketumpahan tinta sehingga warna putih itu memudar dan lama-kelamaan hilang. Hanya warna hitam yang tertinggal.
Dan akhirnya begini
Namun, Tuhan itu maha baik, Ia tidak tinggal diam, Ia masih membimbingku keluar dari cobaan itu. Menghilangkan rasa putus asa-ku dan membuatku belajar dari kesalahan itu, memberiku satu persatu pengalaman baru. Tuhan kembali memutihkan kertas itu, menyingkirkan tinta dan mengangkat semua nodanya. Sekalipun itu terlihat sulit.
Aku sadar, aku ini bukan apa-apa tanpa-Mu, Tuhan. Aku bukan apa-apa tanpa orang-orang yang ada di sekitarku. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menghadirkan mereka. Dan sekarang aku faham tentang maksud-Mu menciptakanku dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Yaitu, agar aku masih mau belajar dan terus belajar untuk memperbaiki hidupku dan demi masa depanku, serta tidak menjadi orang yang tinggi hati. Terima kasih,Tuhan.
By: Patricia Merin
#ReligionAssignment_XA2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar