Kamis malam
Warna hitam meliputi langit kala itu
Hitam, kelam
Tak satupun bintang berada di sana
Hanya awan mendung yang menutupinya
Aku berjalan di bawahnya
Merasakan setiap tapak, setiap langkah
Setiap jarak yang ku lewati
Sambil kupandangi langit hitam itu
Mencari keberadaan bintang-bintang
Mencari puing-puing harapan yang mungkin masih tersisa
Namun, akhirnya aku sadar
Aku tau, yang kulakukan adalah sia-sia
Bintang enggan muncul
Bulan-pun enggan menunjukkan sinarnya
Mendung, hanya mendung yang meliputi malam
Juga hatiku..
Dalam keheningan malam, kuingat dirimu
Ku ingat semua kenangan yang sudah kita lalui
Dirimu,
Sang pelita yang selalu menerangi langkah hidupku
Pelita yang senantiasa menjaga dan menemaniku
Pelita yang membuatku tau, bahwa aku tak sendiri
Cahayanya mengobarkan api cinta dalam hatiku
Membuatku kembali merasakan perasaan itu
Perasaan yang dulu pernah hilang
Perasaan yang sama, namun ini yang ketiga
My Third Love..
Sekarang, dimana pelita itu?
Dimana ia berada?
Cahayanya tak lagi bersinar di dekatku
Semua gelap, tanpa pelita, tanpa cahaya
Hujan akhirnya turun
Awalnya setetes, dan semakin deras
Bersama mengalirnya kristal cair di pelupuk mataku
Beberapa kali ku seka, namun tak bisa
Aku terisak..
Mulutku terkatup..
Tanpa satupun kata yang mampu terucap
Merasakan perasaan yang tak mampu di ungkap
Perasaan yang tak terjelaskan
Dada t'rasa sakit
Sesak sekali rasanya
Tiap kali teringat dirimu
Tiap aku mengingat kesalahanku
Dulu, aku memiliki pelita itu
Dulu, ia adalah pelita yang selalu ada untukku
Disini, di sisiku
Tanpa pernah aku bersyukur
Atau menemukan arti kehadirannya
Dalam benakku, aku bertanya
Kenapa bukan api atau obor?
Kenapa dia hadir dalam wujud pelita?
Tentu, karena dia ingin melindungiku
Tanpa menyakitiku dengan percikan apinya
Kenapa baru kusadari sekarang?
Di saat semua terlambat
Di saat pelita itu sudah bukan milikku lagi
Saat pelita itu sudah pergi menjauh
Masih kulihat cahaya-nya
Cahaya hangat yang dulu ada
Kini ia bersinar di ujung jalan
Aku berlari menuju kesana
Di tengah gelap yang masih meliputi
Di terpa angin dingin malam itu
Setiap tapak,
Seakan meninggalkan masa lalu
Dan menyongsong masa depan
Namun, berapa cepat-pun larianku
Aku tak bisa lagi menggapai pelita itu
Jarak memisahkan kami
Jauh.. jauh..
Sampai aku berhenti
Aku menyerah
Menangis tepat di tempat aku berdiri
Menyesali kesalahan yang membuat dia pergi
Aku selalu menginginkan cahaya yang lebih besar
Tanpa sedikitpun menghiraukannya
Sekarang saat aku sadar,
Dialah cahaya itu
Dia yang kucari
Sebuah pelita yang membawa perubahan
Dan menghadirkan semangat baru
Ingin rasanya aku menjerit
Melepas semua rasa sakit ini
Andai waktu dapat kuputar
Andai kesempatan kedua itu ada
Tentu tak'kan ku lepas pelita-ku pergi
Aku berdiri di sana
Memandang dia dari kejauhan
Menjerit memanggil namanya dalam hati
Entah apakah suaraku masih dapat ia dengar
Kembali kupandang langit
Berharap ada bintang jatuh
Agar aku dapat memohon
Supaya pelita ku kembali
Walau aku tak tau kapan bintang itu datang?
Dan apakah harapanku mungkin akan terkabul?
By: Patricia Merin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar