Chapter 10
Last day! Hari terakhir dari serangkaian MOS kami yang
panjang. Akankah memberikan kesan indah atau malah sebaliknya? Untuk kali ini,
aku tak membuat ulah. Semua berjalan lancar pada pagi hari, sampai masuk ke
kelas. Lancar, baik-baik, aman, damai, tentram. Satu masalah, masih sulit
untukku mencari teman. Mereka, teman sekelasku. Sampai saat ini tak ada yang
mau berteman atau sekadar menyapaku. Kenapa tidak menyapa duluan? Sudah! Sudah
sering kulakukan. Hasilnya? Mereka melengos, pergi menghindar, berbisik-bisik.
Mereka bilang aku ini caper. Dengan Kevin maupun kak Steve.
Betapa terkejutnya aku, saat mendengar kabar Kevin itu
merupakan siswa populer di SMPnya dulu. Dan betapa beruntungnya aku dapat
simpati darinya. Namun, hari ini berbeda. Sikapnya tak sama seperti
kemarin-kemarin. Dia agak menjauh. Apa karena kak Steven?
Cuaca cerah di hari terakhir MOS ini, wajah kakak-kakak OSIS
pun nampak berseri, dalam arti mereka seperti bahagia. Ini hari terakhir, dan
tak satu bentakanpun mereka lontarkan. Saat istirahat,
‘Vin, cari TTD lagi yuk. Hari terakhir nih’ ajakku
‘Maaf, tapi aku udah punya janji mau bareng letizia. Sorry
ya, Angel’ Jawaban itu. Yang kumaksud dari perubahannya. Memang hanya
penolakan.
‘Hu, emang lo doang yang bisa jalan bareng Kevin. Ga usah
caper ya, emangnya lo siapa’ sindir Letizia dengan tatapan tajamnya.
Ya, it’s ok. Fine. Emang aku bukan siapa-siapanya Kevin.
Mungkin aku yang terlalu berharap untuk jadi siapa-siapanya dia. dalam arti
positif. Sendiri dan sepi. Dua kata yang mewakili keadaanku saat itu. Sementara
siswa-siswi lain sedang sibuk berlari kesana-kemari. Tiba-tiba, dari belakang
ada yang menutup mataku. dengan 2 tangan yang ukurannya lebih besar dari pada
tanganku. Aku meronta-ronta, namun tangan itu tak mau pergi.
‘Aahhh, siapa sih?! Lepas’
‘Haha, santai dek. Ini aku’ ucapnya. Suara yang selalu ku
kenali. Itu Steve.
‘Ahh, Steve. Mmm, maksudnya kak Steve. ngapain disini?
Bukannya peserta MOS ngga level sama kakak OSIS? Sudahlah, lebih baik pergi
sana ngumpul sama kakak yang lain. Tuh peserta lain juga pasti banyak yang
bakal ngejer kakak minta tanda tangan. Sudahlah, ngga usah perduliin aku’
‘Huh, jadi ceritanya iri nih sama peserta MOS yang lain ya?’
‘Ngga gitu kok. Jangan salah duga. Huh, Oh iya selagi kamu
disini, aku pingin minta TTD nih’
‘Hmm boleh. Tapi, ada syaratnya’
‘Ahh, tak bisakah kau membuat ini mudah?!’
‘Kalau engga mau ya udah. Tanpa tanda tanganku, kamu ga bisa
lulus MOS loh’
Ahh, menyebalkan. Dia pikir dia siapa. Hm. Tinggal 1 hari,
tahan dirimu Angel
‘Ok. Apa syaratnya? Akan kuikuti’
‘Mudah kok. Nanti kan ada waktu istirahat tuh 2 jam, aku
minta kamu nemuin aku di taman SD kita dulu. Udah itu aja, simple kan’
‘Kenapa harus kesana? Oh, ayolah berikan syarat yang lebih
mudah’
‘Pilihan ada di tanganmu, jika kau menolak itu juga
pilihanmu, dan jangan salahkan aku jika aku juga menolak untuk menanda tangani
bukumu’
Untuk kali ini kau menang, ya tanda tanganmu menjadi sangat
berharga hari ini, Hanya karena aku ini peserta MOS dan juniormu, jadi kau bisa
meminta atau menyuruh apapun. Huh, dasar licik.
‘OK, kuikuti maumu’
‘Yeah, memang seharusnya begitu hahah, Jadi, Deal?’
‘Deaall’ kami berjabat tangan tanda memulai kesepakatan.
‘Ok, Good! Very good! Sudah, kembali lah ke mencari tanda
tangan dari senior lain. Jangan buang waktumu’
‘Ya, akan kulakukan’ ucapku. Namun aku hanya berdiri disana.
Dihadapannya. Aku hanya menatapnya. Menatapnya dalam-dalam. Semakin lama aku
melihat kearahnya, dia menjadi tidak tenang, Salting.
‘T..tunggu apa lagi? K..kenapa kau tak pergi?’ ucapnya
terbata-bata
‘Nungguin kakak. Barangkali kakak mau ikut. Jarang-jarang
loh dapet kesempatan nemenin cewe cantik minta TTD. Mau di buang nih
kesempatannya?’ godaku
‘Dasar ya kamu. Level kita itu beda tau..’ ucapnya seraya
melangkah pergi dan meninggalkanku
Sementara aku, pergi dan melanjutkan misiku tadi. 30 menit
berlalu, dan semua terkumpul kecuali milik kak Steve. Kesempatan besar untukku
bisa lulus. Bel berbunyi, semua kembali masuk ke kelas. Pemeriksaan buku TTD.
‘Siapa yang belum dapet TTD dari kami bertiga?’ tanya kak
Farrah. Teman-teman mengangkat tangan. Termasuk aku. kakak pembimbing
berkeliling dan memberikannya.
‘Yess..yess.. sebentar lagi completed’ gumamku. Sebentar
lagi, aku mendapat TTD kak Steve tanpa syarat. Asiikk..
‘Untukmu, pengecualian. Jadi tak kuberikan. Ingat tentang
perjanjian kita’ bisik kak Steve
‘Nah, sudah semua kan. Ok, sekarang kami mau liat buku TTD
kalian’ kakak pembimbing kembali berkeliling sambil mengecek satu persatu buku
kami.
‘Tadi katanya sudah semua, kenapa kamu belum dapet TTD dari
kak Steve?’ tanya kak Rendy
‘Au tuh, kak Steve-nya ga mau ngasih’
‘Steve. nih, buku Angelica belum kau tanda tangani’
‘Biarlah, khusus dia, pengecualian. Kami buat perjanjian’
Kak Rendy tak berkata apapun lagi mengenai itu.
‘Ok, sudah. Tugas terakhir kalian voting panitia ter- dan
bikin surat cinta’ ucap kak Farrah
‘Kak, bikin surat cinta gimana?’
‘Surat cintanya untuk panitian, yang cowo ke panitia cewe,
yang cewe untuk panitia cowo. Terserah mau panitia yang mana aja. Yang menurut
kalian paling menarik atau mungkin yang kalian suka. Isinya terserah, kalau
misalnya ada isi hati yang belum terungkap, mau diomongin ya di omongin lewat
surat itu. tapi ga boleh sembarangan juga. Dan harus, wajib diserahkan sendiri
langsung ke panitia yang dimaksud sebelum pulang dan keluar dari lingkungan
sekolah. Mengerti?!’
‘Kak, kalau misalnya ga ada panitia yang menarik? Soalnya
disini emang ga ada yang menarik’ tanyaku
‘Terserah yang mana aja. Kak Steve juga boleh’
Dann.. dan sekali lagi kami diberi tugas yang aneh. Dan
sekali lagi kami tak bisa menolaknya. Apa yang akan kutulis? Dan kepada siapa
‘kan ku berikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar