Chapter 12
Tes tertulis. Lembar soal dan lembar jawaban sudah
dibagikan. 40 soal. Tadi pagi aku yakin benar bisa mengerjakan soal ini, aku
belajar semalaman, namun perkataan kak Steve tadi membuat hafalanku buyar,
ditambah lagi orangnya berdiri di depan, mengawasi kami. Aku!
‘Would you be my girl?’ ucapan itu, nada suaranya masih berdengung
di telingaku. Dan sekarang, aku tidak dapat berfikir dengan jernih. Aku tak
mampu memusatkan fokusku ke lembar soal.
30 menit kemudian, dan lembar jawabanku masih kosong. Pikiranku
berkecamuk tak karuan. Setiap kali aku mencoba fokus, pasti bayangan Steve
muncul, tentang yang dia lakukan tadi, terutama kalimat itu. Ditambah lagi saat
aku mengangkat kepalaku, selalu tertangkap dia sedang memperhatikanku.
Membuatku salah tingkah dan semacamnya.
‘Kak Steven’ aku memberanikan diri untuk bicara.
‘Ya, Angelica’ sahut kak Steve.
‘Aku ingin minta sesuatu, mm,, bisakah untuk sementara kak
Steve keluar dulu?’
‘Ucapanmu terus membayangiku, dan kehadiranmu disini
membuatku lebih sulit berkonsentrasi. Jadi, kumohon, bisakah kau keluar
sebentar? Kurasa aku tak perlu menjelaskan lebih detail lagi. ayolah, bantu
aku’
‘Ok jika itu maumu’ Dan dia mengabulkan permohonanku.
Setidaknya, jika sosoknya tak ada di sini mungkin aku bisa sedikit lebih cepat
menyelesaikan ini.
Dan 30 menit berikutnya, aku menyelesaikannya. Walaupun tak
yakin semua benar, namun aku berharap cukup untuk lulus dari MOS ini. Selain
itu, voting panitia ter- juga sudah selesai ku kerjakan. Nih ya, bocorannya,
kalau OSIS tercantik, termanis, terserasi, terlucu sama terbaik aku pilih kak
Farrah. Osis tercakep, terbaik, sama terserasi aku pilih kak Rendy, Satu lagi
OSIS tercuek, terpelit, tergalak, pokoknya yang jelek-jelek aku pilih kak
Steven hahaha.. Sadis? Emang, biarin aja.
Untuk surat cinta, ahh, aku masih binggung. Haruskah aku
menulisnya untuk kak Steven. My first love. Tapi, nanti dia GR lagi. atau untuk
OSIS yang lainnya, tapi ga ikhlas ngasihnya. Karena itu, aku memutuskan untuk
membuat 2 surat. Aku tau mungkin kalian akan berkata ‘Nih anak kerajinan’ Ya
memang. Aku belum terpikir solusi terbaik lainnya.
Acara atau persembahan terakhir dari setiap kelas sebelum
penutupan MOS. Pentas seni. Tentu saja aku tak ikut tampil. Kalian fikir di
kelas ada yang perduli padaku? Pengecualian Kak Steven. Kurasa tidak! Ahh,
sudahlah lagipula aku malas dilihat banyak orang, apalagi kakak OSIS yang satu
itu.
Hampir seluruh isi acara mengundang gelak tawa, walaupun ada
yang mengundang tangis haru atau tangis beneran karena sedih. Semua campur aduk
terkemas dalam satu acara. Ahh, hari ini begitu indah, walaupun jadwalnya
sangat padat tapi setiap peristiwa memiliki makna.
Pemilihan panitia ter-
Kak Steve terpilih menjadi panitia tercakep. Wow!
‘Ciiee.. Prince-nya Jenny tuh’ jerit Violetta. Diikuti
sorakan dari yang lain, membuat wajahku merah padam.
Dan selanjutnya, dia juga terpilih sebagai panitia terserasi
bersama kak Dea.
‘Wow! Jenny jangan cemburu yaa’ Goda Vio dari seberang sana.
‘Awas ya Jenny, kalau berani ngambil Steven aku. Hahaha.. ’
ancam kak Dea. Tapi aku tau itu cuma main-main. Bukannya marah atau cemburu,
justru aku merasa malu karenanya. Kakak OSIS juga minta maaf atas semua
tindakannya dalam beberapa hari lalu, ini cuma sebatas uji mental saja, dan
mereka tak serius melakukan itu. Haah, syukurlah.
Lalu, acara terakhir upacara penutupan..
‘... setelah ini akan ada acara pelepasan bet dan dengan
demikian, kalian sudah sah menjadi keluarga besar dari sekolah ini. Sekali lagi
selamat bergabung bagi kalian semua’ ucap kepala sekolah mengakhiri pidatonya.
Dan hasilnya, semua lulus. Meski aku tak termasuk menjadi 10
peserta terbaik, tapi tak apalah aku cukup senang melewati serangkaian acara
MOS ini dengan sangat baik. Dan sebagai lagu kemenangan, si putar lagu ‘We are
the champion’ kami berputar-putar mengelilingi lapangan ini sambil bernyanyi
dan menari. Dan bersalaman dengan kakak OSIS semua. Wajah cerah berseri
terpancar dari mereka semua. Kini kami sama dengan mereka. Satu persatu
kusalami. Mereka semua memberi motivasi. Sampai pada kak Steve. dia langsung
memelukku sambil berkata
‘Selamat berjuang, adikku’
Pelukan tiba-tiba itu membuatku tersentak dan kaget. Namun,
tetap aku mencoba bersikap biasa. Sambil menangguk dan pergi melewatinya.
Selesai itu,
‘1..2..3’ kakak OSIS memberi aba-aba.
‘Yeee..’ jerit siswa-siswi hampir serempak seraya
melemparkan bet nama mereka. Tanda mereka telah sah bergabung di SMA ini.
Melihat suasana ini memancing kristal cair dari mataku menetes kebawah. Sore
yang indah, aku nyaris tak ingin hari ini berakhir, setelah semua bentakan dan
ini berakhir dengan bahagia. Kulihat Kevin. Ya, Kevin, wajahnya nampak berseri.
Dia berada di sisi lain lapangan, dan dia nampak sangat bahagia. Seharian aku
tak bicara dengannya. Aku tak percaya, aku merindukan suaranya. Perhatiannya,
semua dari dirinya. Aku berlari kecil dan menghampirinya.
‘Kevin, selamat ya’
‘Iya, Jenny selamat juga ya’
‘Kevin!’ panggil seseorang yang berjalan menghampiri kami.
Dari suaranya dia seorang perempuan. Kami menoleh dan melihat kearahnya. Nampaknya
gadis itu sepantaran dengan kami.
‘Halo sayang!’ serunya setengah berteriak. Kevin sangat
senang sekali. Siapa dia? tunggu, suara itu. Aku seperti pernah mendengarnya,
tapi dimana?
‘Kevinn.. Did you know, how much I miss you!!’ ucap gadis
itu yang langsung memeluk Kevin
‘Yeah, I miss you too’ balas Kevin sambil membelai
rambutnya.
Oh God, pemandangan apa yang harus kulihat ini. Siapa dia?
dan siapa aku disini? obat nyamuk? Kenapa aku malah mematung dan tidak berlari
menjauh, kenapa? Aku nampak seperti orang kikuk melihat kemesraan mereka.
‘Eh, Jenny kenalkan ini Tamara, pacarku’
‘Hallo, aku Jenny’ ucapku seraya mengulurkan tangan dan
melontarkan senyumku yang sedikit di paksakan.
‘Tamara’ Ia membalas dan menjabat tanganku.
‘Sayang, dia siapa sih? Kok bareng kamu? Jangan-jangan kamu
selingkuh ya?’
‘Engga kok, ini temen aku’
‘Mm,, maaf kurasa aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa’
ucapku seraya berlari kecil menuju kelapangan lagi. Aku tak ingin lebih lama
berada di sana dan meyaksikan semuanya. Kurasa air mata ini akan keluar,
berulang kali kuseka, tetapi tetap aku tak bisa menahannya untuk keluar.
‘Violettaaa..!!’ Jeritku
Violetta yang mendengar suaraku langsung berlari
menghampiriku.
‘Vi..Vio..D..dia jahat’
‘Tenangkan dirimu, lebih baik kita duduk dan ceritakan
masalahmu’ Violetta segera membantuku menuju kursi di teras kelas.
‘Di..dia jahat’ ucapku sekali lagi. sekarang air mataku
benar-benar tumpah. Aku sudah tak sanggup menahannya lagi.
‘Bicara yang jelas. Tarik nafas. Jangan terburu-buru, saat
kau siap bercerita aku akan mendengarkan’
Aku yakin setelah ini akan siap menceritakan semua ke
Violetta. Yang kubutuhkan adalah menenangkan diriku dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar