Selasa, 13 Agustus 2013

Chapter 12 - 4U, OSIS

Chapter 12

Tes tertulis. Lembar soal dan lembar jawaban sudah dibagikan. 40 soal. Tadi pagi aku yakin benar bisa mengerjakan soal ini, aku belajar semalaman, namun perkataan kak Steve tadi membuat hafalanku buyar, ditambah lagi orangnya berdiri di depan, mengawasi kami. Aku!
‘Would you be my girl?’ ucapan itu, nada suaranya masih berdengung di telingaku. Dan sekarang, aku tidak dapat berfikir dengan jernih. Aku tak mampu memusatkan fokusku ke lembar soal.
30 menit kemudian,  dan lembar jawabanku masih kosong. Pikiranku berkecamuk tak karuan. Setiap kali aku mencoba fokus, pasti bayangan Steve muncul, tentang yang dia lakukan tadi, terutama kalimat itu. Ditambah lagi saat aku mengangkat kepalaku, selalu tertangkap dia sedang memperhatikanku. Membuatku salah tingkah dan semacamnya.
‘Kak Steven’ aku memberanikan diri untuk bicara.
‘Ya, Angelica’ sahut kak Steve.
‘Aku ingin minta sesuatu, mm,, bisakah untuk sementara kak Steve keluar dulu?’
‘Ucapanmu terus membayangiku, dan kehadiranmu disini membuatku lebih sulit berkonsentrasi. Jadi, kumohon, bisakah kau keluar sebentar? Kurasa aku tak perlu menjelaskan lebih detail lagi. ayolah, bantu aku’
‘Ok jika itu maumu’ Dan dia mengabulkan permohonanku. Setidaknya, jika sosoknya tak ada di sini mungkin aku bisa sedikit lebih cepat menyelesaikan ini.
Dan 30 menit berikutnya, aku menyelesaikannya. Walaupun tak yakin semua benar, namun aku berharap cukup untuk lulus dari MOS ini. Selain itu, voting panitia ter- juga sudah selesai ku kerjakan. Nih ya, bocorannya, kalau OSIS tercantik, termanis, terserasi, terlucu sama terbaik aku pilih kak Farrah. Osis tercakep, terbaik, sama terserasi aku pilih kak Rendy, Satu lagi OSIS tercuek, terpelit, tergalak, pokoknya yang jelek-jelek aku pilih kak Steven hahaha.. Sadis? Emang, biarin aja.
Untuk surat cinta, ahh, aku masih binggung. Haruskah aku menulisnya untuk kak Steven. My first love. Tapi, nanti dia GR lagi. atau untuk OSIS yang lainnya, tapi ga ikhlas ngasihnya. Karena itu, aku memutuskan untuk membuat 2 surat. Aku tau mungkin kalian akan berkata ‘Nih anak kerajinan’ Ya memang. Aku belum terpikir solusi terbaik lainnya.
Acara atau persembahan terakhir dari setiap kelas sebelum penutupan MOS. Pentas seni. Tentu saja aku tak ikut tampil. Kalian fikir di kelas ada yang perduli padaku? Pengecualian Kak Steven. Kurasa tidak! Ahh, sudahlah lagipula aku malas dilihat banyak orang, apalagi kakak OSIS yang satu itu.
Hampir seluruh isi acara mengundang gelak tawa, walaupun ada yang mengundang tangis haru atau tangis beneran karena sedih. Semua campur aduk terkemas dalam satu acara. Ahh, hari ini begitu indah, walaupun jadwalnya sangat padat tapi setiap peristiwa memiliki makna.
Pemilihan panitia ter-  Kak Steve terpilih menjadi panitia tercakep. Wow!
‘Ciiee.. Prince-nya Jenny tuh’ jerit Violetta. Diikuti sorakan dari yang lain, membuat wajahku merah padam.
Dan selanjutnya, dia juga terpilih sebagai panitia terserasi bersama kak Dea.
‘Wow! Jenny jangan cemburu yaa’ Goda Vio dari seberang sana.
‘Awas ya Jenny, kalau berani ngambil Steven aku. Hahaha.. ’ ancam kak Dea. Tapi aku tau itu cuma main-main. Bukannya marah atau cemburu, justru aku merasa malu karenanya. Kakak OSIS juga minta maaf atas semua tindakannya dalam beberapa hari lalu, ini cuma sebatas uji mental saja, dan mereka tak serius melakukan itu. Haah, syukurlah.
Lalu, acara terakhir upacara penutupan..
‘... setelah ini akan ada acara pelepasan bet dan dengan demikian, kalian sudah sah menjadi keluarga besar dari sekolah ini. Sekali lagi selamat bergabung bagi kalian semua’ ucap kepala sekolah mengakhiri pidatonya.
Dan hasilnya, semua lulus. Meski aku tak termasuk menjadi 10 peserta terbaik, tapi tak apalah aku cukup senang melewati serangkaian acara MOS ini dengan sangat baik. Dan sebagai lagu kemenangan, si putar lagu ‘We are the champion’ kami berputar-putar mengelilingi lapangan ini sambil bernyanyi dan menari. Dan bersalaman dengan kakak OSIS semua. Wajah cerah berseri terpancar dari mereka semua. Kini kami sama dengan mereka. Satu persatu kusalami. Mereka semua memberi motivasi. Sampai pada kak Steve. dia langsung memelukku sambil berkata
‘Selamat berjuang, adikku’
Pelukan tiba-tiba itu membuatku tersentak dan kaget. Namun, tetap aku mencoba bersikap biasa. Sambil menangguk dan pergi melewatinya. Selesai itu,
‘1..2..3’ kakak OSIS memberi aba-aba.
‘Yeee..’ jerit siswa-siswi hampir serempak seraya melemparkan bet nama mereka. Tanda mereka telah sah bergabung di SMA ini. Melihat suasana ini memancing kristal cair dari mataku menetes kebawah. Sore yang indah, aku nyaris tak ingin hari ini berakhir, setelah semua bentakan dan ini berakhir dengan bahagia. Kulihat Kevin. Ya, Kevin, wajahnya nampak berseri. Dia berada di sisi lain lapangan, dan dia nampak sangat bahagia. Seharian aku tak bicara dengannya. Aku tak percaya, aku merindukan suaranya. Perhatiannya, semua dari dirinya. Aku berlari kecil dan menghampirinya.
‘Kevin, selamat ya’
‘Iya, Jenny selamat juga ya’
‘Kevin!’ panggil seseorang yang berjalan menghampiri kami. Dari suaranya dia seorang perempuan. Kami menoleh dan melihat kearahnya. Nampaknya gadis itu sepantaran dengan kami.
‘Halo sayang!’ serunya setengah berteriak. Kevin sangat senang sekali. Siapa dia? tunggu, suara itu. Aku seperti pernah mendengarnya, tapi dimana?
‘Kevinn.. Did you know, how much I miss you!!’ ucap gadis itu yang langsung memeluk Kevin
‘Yeah, I miss you too’ balas Kevin sambil membelai rambutnya.
Oh God, pemandangan apa yang harus kulihat ini. Siapa dia? dan siapa aku disini? obat nyamuk? Kenapa aku malah mematung dan tidak berlari menjauh, kenapa? Aku nampak seperti orang kikuk melihat kemesraan mereka.
‘Eh, Jenny kenalkan ini Tamara, pacarku’
‘Hallo, aku Jenny’ ucapku seraya mengulurkan tangan dan melontarkan senyumku yang sedikit di paksakan.
‘Tamara’ Ia membalas dan menjabat tanganku.
‘Sayang, dia siapa sih? Kok bareng kamu? Jangan-jangan kamu selingkuh ya?’
‘Engga kok, ini temen aku’
‘Mm,, maaf kurasa aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa’ ucapku seraya berlari kecil menuju kelapangan lagi. Aku tak ingin lebih lama berada di sana dan meyaksikan semuanya. Kurasa air mata ini akan keluar, berulang kali kuseka, tetapi tetap aku tak bisa menahannya untuk keluar.
‘Violettaaa..!!’ Jeritku
Violetta yang mendengar suaraku langsung berlari menghampiriku.
‘Vi..Vio..D..dia jahat’
‘Tenangkan dirimu, lebih baik kita duduk dan ceritakan masalahmu’ Violetta segera membantuku menuju kursi di teras kelas.
‘Di..dia jahat’ ucapku sekali lagi. sekarang air mataku benar-benar tumpah. Aku sudah tak sanggup menahannya lagi.
‘Bicara yang jelas. Tarik nafas. Jangan terburu-buru, saat kau siap bercerita aku akan mendengarkan’

Aku yakin setelah ini akan siap menceritakan semua ke Violetta. Yang kubutuhkan adalah menenangkan diriku dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar