Selasa, 28 Mei 2013

Chapter 20 - LoLieST

NADINE CAUGHT

Sudah mau musim dingin dan ini musim dingin pertamaku selama di St. Theresa, sama halnya saat musim panas,, kali ini juga kami di perbolehkan pulang untuk menikmati musim dingin dan hari Natal bersama keluarga selama 1 bulan full.
“bentar lagi mau liburan,, enaknya kemana ya sya ?” tanya Maureen padaku yang sedari tadi melamun
“tasya,, aku nih ngomong dari tadi, kok kayak ga dianggep ? issh la”
“Tasya,, Natasya Sylviani,, Annabella Natasya Sylviani,, bangun – bangun !!” Maureen menyenggol – nyenggol bahu ku,, namun aku masih asik melamun
‘ prok’ ia menepuk tangannya di depan wajahku, refleks saja aku terkejut dan tersadar dari lamunan ku
“haa,, apa ? ada kebakaran ?” kataku terkejut
“  --‘ kebakaran, kebakaran,, ini aku Maureen dari tadi di kacangin mulu”
“ohh hehe,, peace–peace,, aku lagi mikiri soal perpisahan kemarin”
“kamu masih dendam lantaran ga di lolosin kemarin ya ? tapi kan ujung – ujungnya kita tampil juga,, ingat Tasya, menyimpan dendam itu tidak baikk !!”
“siapa juga yang dendam ? aku tuh mikiri Nadine !! tapi boleh juga kalo masalah kemarin kita tanyain sama Bu Theodora biar lebih jelas gituu !!”
“whatt ? Nadine ?” kata Maureen dengan ekspresi berlebihan seperti yang biasa ia lakukan
“ --‘ lebay nya jangan mulai donkk !! biasa aja !!”
“ehehe,, emangnya kenapa sama Nadine ? tumben – tumben kamu mikirin dia.. kesambet ya ?”
“sikap ? sikap apa ?” Maureen tambah penasaran
“baru dugaan sih,, tapi ya udah laa kamu ga perlu tau,, ‘ntar salah faham lagi”
“ihh,, jahat ihh”
“ngomongin apa sih ? pasti ngomongin aku !!” kata Nadine yang tiba – tiba lewat
“mem….. !!” kata Maureen
“engga kok !! GR banget sih jadi orang” kataku memotong perkataan Maureen
“haa ? bukannya tadi kita…”
“sstt !!” kataku menyuruh Maureen diam,, yaa aku ga mau Nadine sampe tau kalo kami ngomongin dia,, ‘ntar dia ke GR an terus besar kepala lagi
“ehh sya loe bilang mau tanya bu Theodora soal kemarin,, tuh mumpung ada Nadine, ajak aja dia sekalian biar masalahnya clear” bisik Maureen padaku
“betul juga kata loe,, ayo ikut aku !!” kataku seraya menarik tangan Nadine
“mau kemana ? jangan macem – macem yaa !! ‘ntar ku laporin polisi,, abis loe kena tangkap !!” Nadine mengancamku
“ehh,, loe kira ancaman pun mempan sama gue ? di sini ga polisi -_-” kataku santai
“ya udah,, ga da polisi,, satpam pun jadi” (peribahasa baru) kata Nadine
“ya,,ya,,ya terserah loe lahh,, yang penting ikut !!”
“aaa,, tolong” Nadine berteriak sambil meronta – ronta
“Maureen urus dia,, nih teriak terus” kataku
“oke,, enaknya di apa-in ya ? ehhmm.. ahhaa !!” kata Maureen yang sepertinya mendapatkan ide. Maureen mengeluarkan isolasi hitam dari kantongnya dan menempelkannya di mulut Nadine,, Nadine tak dapat berkutik lagi
“haa,, sejak kapan loe bawa isolasi hitam ?” tanyaku heran
“hehe,, biasa antisisapi !!”
“haa,,”
“ehh antisipasi”
(di depan ruang kepsek)
‘tok,,tok,,tok’ suara kami mengetuk pintu
“boleh kami masuk bu ?” tanyaku sopan
“iya silahkan” terdengar suara bu Theodora dari dalam mengizinkan kami masuk
Kami membuka isolasi di mulut Nadine,, agar kami tidak di sangka melakukan tindak kekerasan,
“ibu,, ibu,, aku di aniaya,, mau di mutilasi nah !!” teriak Nadine spontan
“ -_- ehh jangan lebay laa” kataku
‘kret..’ suara pintu dibuka. Kami menjenguk ke dalam dan melihat bu Theodora ngobrol dengan kak Jennifer
“apa kami menggangu bu ?” tanyaku lagi
“hmm,, tidak” jawab bu Theodora singkat
“kami ingin bertanya mengenai perpisahan kemarin bu,, boleh ?”
“iya,,, memangnya kenapa ? ada masalah ?”
“sebenarnya,, kami cuma mau pingin minta penjelasan sih,, sebab kami binggung,, kami mengikuti seleksi tiap tahap dan melihat Nadine lolos, tapi kenapa pada akhirnya kami di suruh tampil,, ini membinggungkan”
“yaa,, karena kami tidak pernah meloloskan Nadine bahkan dari seleksi pertama”
“yaa,, buka Bu Theo tapi kak Jennifer”
“s..saya ?” kata kak Jennifer terbata – bata
“kalau kami yang di pilih,, kenapa Nadine lolos tiap seleksi sedangkan kami tidak ?”
Kak Jennifer tampak gugup dan tidak berani menjawab, mukanya seketika pucat pasi
“benar itu Jennifer ? kukira itu hanya salah faham,, apa kau sengaja” Bu Theo mengintrogasi
“ss..saya,, se..sebenarnya” lagi – lagi kak Jennifer gugup dan terbata – bata,, hal itu menambah kecurigaanku dan juga menambah minatku untuk mengusut kasus ini
“apa ?” kataku penasaran
“sebenarnya saya hanya salah panggil dan sejujurnya saya tidak tau yang mana Nadine dan yang mana Natasya” katanya
“bohong bu,, bohong,, aku tidak percaya dengan dia” kataku spontan
“bukannya saya sudah menjelaskan ciri – ciri Natasya padamu ?”
“iya tapi saya benar – benar tidak tau” kak Jennifer tambah gugup
“aku tau kau bohong Jennifer, cepat katakan yang jujur sebelum aku laporkan kau ke polisi !!” kata Bu Theodora.. Bu Thedora merupakan orang yang pintar membaca ekspresi wajah seseorang dan dia mampu mencium bau kebohongan walaupun telah di tutupi dengan rapi
“se,, sebenarnya Nadine memberi saya uang suap agar saya meloloskannya” kata kak Jennifer terus terang karena ia sudah sangat ketakutan
“apa itu benar Nadine ? terus terang ibu sebaga kepsek malu terhadap sikapmu yang seperti ini,, tidak jujur dan tidak bermoral”
“tt..tidak bu,, itu fitnah” Nadine mencari pembelaan
“ihh dasar tukang suap, mau ngelak lagi loe,, tau lah yang kaya tuh !!” kataku
“ehh,, engg…”
“sstt..ssstt..ssttt !! ga usah ngomong, nambahi polusi suara aja”
“isshh laa !!”
“ihh,, kasian banget yaa,, udah sombong – sombong lolos,, ehh taunya modal nyogok.. yaa ampunn,, kalau ga punya talent tuh mending ga usah tampil dehh !! malu – maluin aja !!” ejekku

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar