NADINE CAUGHT
Sudah mau musim dingin dan ini musim dingin
pertamaku selama di St. Theresa, sama halnya saat musim panas,, kali ini juga
kami di perbolehkan pulang untuk menikmati musim dingin dan hari Natal bersama
keluarga selama 1 bulan full.
“bentar lagi mau liburan,, enaknya kemana ya sya
?” tanya Maureen padaku yang sedari tadi melamun
“tasya,, aku nih ngomong dari tadi, kok kayak ga
dianggep ? issh la”
“Tasya,, Natasya Sylviani,, Annabella Natasya
Sylviani,, bangun – bangun !!” Maureen menyenggol – nyenggol bahu ku,, namun
aku masih asik melamun
‘ prok’ ia menepuk tangannya di depan wajahku,
refleks saja aku terkejut dan tersadar dari lamunan ku
“haa,, apa ? ada kebakaran ?” kataku
terkejut
“ --‘
kebakaran, kebakaran,, ini aku Maureen dari tadi di kacangin mulu”
“ohh hehe,, peace–peace,, aku lagi mikiri soal
perpisahan kemarin”
“kamu masih dendam lantaran ga di lolosin kemarin
ya ? tapi kan ujung – ujungnya kita tampil juga,, ingat Tasya, menyimpan dendam
itu tidak baikk !!”
“siapa juga yang dendam ? aku tuh mikiri Nadine !!
tapi boleh juga kalo masalah kemarin kita tanyain sama Bu Theodora biar lebih
jelas gituu !!”
“whatt ? Nadine ?” kata Maureen dengan ekspresi
berlebihan seperti yang biasa ia lakukan
“ --‘ lebay nya jangan mulai donkk !! biasa aja
!!”
“ehehe,, emangnya kenapa sama Nadine ? tumben –
tumben kamu mikirin dia.. kesambet ya ?”
“sikap ? sikap apa ?” Maureen tambah penasaran
“baru dugaan sih,, tapi ya udah laa kamu ga perlu
tau,, ‘ntar salah faham lagi”
“ihh,, jahat ihh”
“ngomongin apa sih ? pasti ngomongin aku !!” kata
Nadine yang tiba – tiba lewat
“mem….. !!” kata Maureen
“engga kok !! GR banget sih jadi orang” kataku
memotong perkataan Maureen
“haa ? bukannya tadi kita…”
“sstt !!” kataku menyuruh Maureen diam,, yaa aku
ga mau Nadine sampe tau kalo kami ngomongin dia,, ‘ntar dia ke GR an terus
besar kepala lagi
“ehh sya loe bilang mau tanya bu Theodora soal
kemarin,, tuh mumpung ada Nadine, ajak aja dia sekalian biar masalahnya clear” bisik Maureen padaku
“betul juga kata loe,, ayo ikut aku !!” kataku
seraya menarik tangan Nadine
“mau kemana ? jangan macem – macem yaa !! ‘ntar ku
laporin polisi,, abis loe kena tangkap !!” Nadine mengancamku
“ehh,, loe kira ancaman pun mempan sama gue ? di
sini ga polisi -_-” kataku santai
“ya udah,, ga da polisi,, satpam pun jadi” (peribahasa baru) kata Nadine
“ya,,ya,,ya terserah loe lahh,, yang
penting ikut !!”
“aaa,, tolong” Nadine berteriak sambil meronta –
ronta
“Maureen urus dia,, nih teriak terus” kataku
“oke,, enaknya di apa-in ya ? ehhmm.. ahhaa !!”
kata Maureen yang sepertinya mendapatkan ide. Maureen mengeluarkan isolasi
hitam dari kantongnya dan menempelkannya di mulut Nadine,, Nadine tak dapat
berkutik lagi
“haa,, sejak kapan loe bawa isolasi hitam ?” tanyaku heran
“hehe,, biasa antisisapi !!”
“haa,,”
“ehh antisipasi”
(di depan ruang kepsek)
‘tok,,tok,,tok’ suara kami mengetuk pintu
“boleh kami masuk bu ?” tanyaku sopan
“iya silahkan” terdengar suara bu Theodora dari
dalam mengizinkan kami masuk
Kami membuka isolasi di mulut Nadine,, agar kami
tidak di sangka melakukan tindak kekerasan,
“ibu,, ibu,, aku di aniaya,, mau di mutilasi nah
!!” teriak Nadine spontan
“ -_- ehh jangan lebay laa” kataku
‘kret..’ suara pintu dibuka. Kami menjenguk ke
dalam dan melihat bu Theodora ngobrol dengan kak Jennifer
“apa kami menggangu bu ?” tanyaku lagi
“hmm,, tidak” jawab bu Theodora singkat
“kami ingin bertanya mengenai perpisahan kemarin
bu,, boleh ?”
“iya,,, memangnya kenapa ? ada masalah ?”
“sebenarnya,, kami cuma mau pingin minta
penjelasan sih,, sebab kami binggung,, kami mengikuti seleksi tiap tahap dan
melihat Nadine lolos, tapi kenapa pada akhirnya kami di suruh tampil,, ini
membinggungkan”
“yaa,, karena kami tidak pernah meloloskan Nadine
bahkan dari seleksi pertama”
“yaa,, buka Bu Theo tapi kak Jennifer”
“s..saya ?” kata kak Jennifer terbata – bata
“kalau kami yang di pilih,, kenapa Nadine lolos
tiap seleksi sedangkan kami tidak ?”
Kak Jennifer tampak gugup dan tidak berani
menjawab, mukanya seketika pucat pasi
“benar itu Jennifer ? kukira itu hanya salah
faham,, apa kau sengaja” Bu Theo mengintrogasi
“ss..saya,, se..sebenarnya” lagi – lagi kak
Jennifer gugup dan terbata – bata,, hal itu menambah kecurigaanku dan juga
menambah minatku untuk mengusut kasus ini
“apa ?” kataku penasaran
“sebenarnya saya hanya salah panggil dan
sejujurnya saya tidak tau yang mana Nadine dan yang mana Natasya” katanya
“bohong bu,, bohong,, aku tidak percaya dengan
dia” kataku spontan
“bukannya saya sudah menjelaskan ciri – ciri
Natasya padamu ?”
“iya tapi saya benar – benar tidak tau” kak
Jennifer tambah gugup
“aku tau kau bohong Jennifer, cepat katakan yang
jujur sebelum aku laporkan kau ke polisi !!” kata Bu Theodora.. Bu Thedora merupakan
orang yang pintar membaca ekspresi wajah seseorang dan dia mampu mencium bau
kebohongan walaupun telah di tutupi dengan rapi
“se,, sebenarnya Nadine memberi saya uang suap
agar saya meloloskannya” kata kak Jennifer terus terang karena ia sudah sangat
ketakutan
“apa itu benar Nadine ? terus terang ibu sebaga
kepsek malu terhadap sikapmu yang seperti ini,, tidak jujur dan tidak bermoral”
“tt..tidak bu,, itu fitnah” Nadine mencari
pembelaan
“ihh dasar tukang suap, mau ngelak lagi loe,, tau
lah yang kaya tuh !!” kataku
“ehh,, engg…”
“sstt..ssstt..ssttt !! ga usah ngomong, nambahi
polusi suara aja”
“isshh laa !!”
“ihh,, kasian banget yaa,, udah sombong – sombong
lolos,, ehh taunya modal nyogok.. yaa ampunn,, kalau ga punya talent tuh mending ga usah tampil dehh
!! malu – maluin aja !!” ejekku
To be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar