Chapter 3
Ahh, how nice this day? Setelah masa-masa sulit tadi pagi,
siapa sangka akan berakhir gini? Bahkan aku tak pernah menyangka moment itu
akan ada. Yah, hidup memang penuh kejutan. But, wait-wait! Tunggu! Dengan siapa
aku akan pulang sekarang? Violetta nampaknya memang sudah pulang, dan aku
benar-benar harus mencari seluruh perlengkapan itu sendiri. Huft!
Sepanjang perjalanan menuju gerbang, bawaannya pingin
senyum-senyum aja nih. Ahh, why? Why? I don’t know what is this? This feeling?
Ahh, Kevin..
‘Jenny!’ ada lagi yang memanggil namaku dari belakang.
Kalian tau apa yang ada di pikiranku? Kevin? Ohh, tentu saja itu bukan dia.
karena yang memanggilku itu suara cewe. Suara yang memang sudah ku kenal. Dia
melambai dan berlari kearahku. Itu Violetta..
‘Ohh.. Violetta, apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau
sudah pulang?’
‘Tentu saja menunggumu’
‘Hah? Serius? Aku tak melihatmu dari tadi’
Violetta datang tiba-tiba, dan dia bilang sudah menungguku,
padahal sekalipun tak kulihat dia. sepintar itukah dia menyamar? Hahaha.. kayak
udah mau perang aja.
‘Yah, gimana mau liat aku, lah kan dari tadi kamu sibuk sama
itu tuh, cowo. Gebetan barumu ya? Hayo ngaku! Siapa tuh? Kenalin dong’
Woops! baru aja mau cerita, eh ternyata dia udah tau duluan.
Emang dasar nih si Violetta, ternyata emang bakat jadi Spy. Pinter banget
mata-matain orang. Eh, wait kok dia bisa tau, berarti bener dong dari tadi dia
itu ngeliatin kami. Pertanyaannya, kenapa aku yang engga liat dia? apa yang dia
bilang itu bener? Aku terbawa suasana, keasikan ngobrol sama Kevin. Hahaha..
Bisa saja.
‘Ya iya sih. Tapi mau di bilang gebetan juga bukan. Cuma
temen, eh maksudnya baru jadi temen’
‘Nah, berarti ada maksud mau di melangkah ke jenjang yang
lebih serius nih? Hahaha.. hayo PJ jangan lupa’
‘Haha, Amin..amin deh. Ya itupun jika Tuhan mengizinkan.
Namanya itu Kevin, orangnya baik banget ....’
‘Eh buset, panjang amat lu cerita, hmm bolehlah calon yang
baik itu. Aku sebagai sahabatmu ngerestuin kok. Hahaha.. Eh, keknya udah engga
ada yang bakal nangis-nangis sambil bilang ‘kenapa ya dulu aku gini? Aku kangen
sama First Love aku’ Iya kan? Ngaku! Ciee..’
‘Haha.. Violetta bisa aja, kek udah mau nikahan aja sampe di
restuin segala’
Ga terasa, obrolan itu mengalir begitu deras sederas arus
sungai bahkan lebih, sampai-sampai kami tak sadar kalo udah sampai di barisan
toko. Waktu juga udah mulai sore. Hunting buat MOS besok kami lanjutkan.
Barangnya sih lumayan banyak, mau bikin bet nama dengan kepangan tali 7 warna,
abis itu tas dari plastik dan pita kuncit rambut itu juga harus pas ukuran dan
warnanya.
‘Huft, akhirnya selesai juga, Jen. Tinggal liat besok nih
bener ato engganya’
‘Tin..tin’ mobil Jazz hitam melintas di depan kami.
Pengendaranya membuka kaca dan menoleh ke arah kami.
‘Kevin..?!’ Waah, how nice? Ga nyangka dia bakal ada di
sini. Wow, wow, wow. I can’t explain this feeling. I think I wanna explode.
‘Ayo masuk, biar kuantar kalian. Sebentar lagi malam, dan
tak baik anak perempuan pulang malam-malam’
‘Hmm..’ oh God. Apa yang harus ku katakan? Tolak atau
terima? Aku tau maksudnya baik. Dan dia benar ini sudah menjelang malam. Dan
suhu diluar sudah mulai dingin. So, Accept or Deny?
‘Sudahlah Jenny, aku yakin kau mau. Tak usah memikirkanku.
Ikut saja’ ucap Violetta seraya membukakan pintu mobil Kevin dan mendorongku
masuk. Ia menempatkanku di kursi depan, tepat di sebelah Kevin. Ouchh..
‘Eh, aku tak mau sendiri, kau juga harus ikut’
‘Iya, kau juga boleh ikut. Ini sudah mau malam’
‘Okok. Tapi aku duduk di belakang saja’
Setelah kami masuk, mobil itu mulai melaju di jalan, membawa
kami ketempat tujuan. Rumah. Ahh, setelah ini masih mau bikin atribut. Kutoleh
jam, ternyata waktu telah menunjukkan pukul 18.02. it’s late.
‘Kevin, aku baru tau kalau kau bisa nyetir mobil. Berani
sekali, bukankah harusnya anak seusiamu belum boleh ya’
‘Ya memang. Peraturannya sih begitu. Tapi jika tak punya
keberanian kapan kita akan maju? Lagipula selama tak melakukan pelanggaran,
polisi tak kan berkutik kok. Tenang saja’
‘Haha, kau memang hebat. Oh iya, sampai lupa nih. Kevin,
kenalkan ini sahabatku Violetta’
‘Oh, hai Violetta’
‘Hai juga. Oh, jadi ini Kevin yang kau ceritakan di
sepanjang perjalanan tadi? Ya, ceritamu memang benar Jenny, dia nampak seperti
yang kau ceritakan’
‘Hah? Jenny bercerita tentangku? Benarkah itu?’ Kevin langsung
memasang ekspresi binggung mendengar ucapan Violetta yang lumayan mengejutkan
itu.
‘Benar. Bahkan dia sangat bersemangat bercerita tentangmu
dan pengalaman kalian hari ini. Dia bilang kau itu baik, perhatian, sopan,
ganteng, pokoknya perfect deh. itu yang dia bilang. Dan ternyata benar, Jenny
memang pintar membaca karakter’
Kevin tak menanggapi ucapan Violetta, hanya tersenyum sambil
asik menyetir dan fokus mengarahkan pandangan kearah jalan. Ahh, Violetta
kenapa kau harus mengatakan semua ini. Sekarang mau di taruh dimana mukaku? Aku
tau sekarang pasti mukaku memerah. Bahkan sangat-sangat merah.
‘Ciee, Kevin coba liat deh tuh muka Jenny. Kenapa tuh? Memerah’
ucapan Violetta itu spontan saja membuat Kevin juga menoleh kearahku.
‘Ahh, hentikan itu Vio!’ ucapku seraya menunduk. Tentu aku
tak ingin Kevin melihat wajahku yang memerah.
‘Nah, iya terus, belok kiri. Yups, aku sudah sampai, stop di
sini aja. Makasih ya.’ ucap Violetta. Ya benar kami telah sampai di dekat
rumahnya
‘Iya.’
‘Bye Jenny. Have fun ya!’
‘Hey, whatcha on your mind huh?’
‘Nothing. Haha, be careful’
Have fun? What’s that really mean? Ahh, Violetta. Now, you
make me depressed. Speechless, yeah that’s what I feel now.
‘Jenny’
‘Hah? Iya apa?’ kurasa tingkat kesadaranku sudah mulai
berkurang. Nervous. Ya, benar, tanganku dingin banget berada di sini. Satu yang
kutakutkan, Kevin akan mengira macam-macam soal cerita Violetta tadi, dan satu
lagi adalah masalah besar jika dia menanyakan kebenaran semua itu.
‘Aku tak tau dimana rumahmu’
‘Dari sini, terus saja, ada pertigaan ambil yang kanan. Lalu
terus dan belok kanan lagi’
‘Itukah rumahmu?’
‘Bukaan, itu pom bensin. Ya iya dong rumahku’
Speed dinaikan. Kali ini dia agak ngebut. Berada dalam mobil
yang dikendarai anak berusia 15 tahun menjadi pengalaman pertama bagiku, seru
sih tapi menegangkan. Dan tak berapa lama, kami sampai. Maksudnya aku sampai.
‘Ok, rumahku sudah di depan. Sekali lagi, terima kasih
banyak ya, Vin. Sorry ngerepotin, satu lagi soal Vio tadi ga usah di pikirin
ya, dia emang suka ngaco haha. Bye. Hati-hati’
‘Iya, no problem kok’ ucapnya seraya melayangkan senyuman.
Aku melambai melihatnya terus melaju. Untung saja, dia tak mempertanyakan soal
cerita Violetta tadi. Ahh, tapi pasti dia masih akan berpikir macam-macam. Huh!
Akhirnya, selesai sudah hari ini. Tugas berikutnya, kembali
ke rumah, buat atribut MOS and go to bed. Tidur buat prepare besok, biar fresh
lagi. Ahh, Unforgettable day and Precious Moment hahaha.. Tak kusangka ternyata
aku masih bisa merasakan ini, walaupun tak bersamanya. Thanks God!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar