Rabu, 24 Juli 2013

Chapter 06 - 4U, OSIS

Chapter 6

Aroma pagi hari terasa begitu segar. Kuhirup nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan. Mengucap syukur atas pagi hari ini. Masih boleh hidup dan bernafas, suatu anugrah yang luar biasa.
‘kring..kring’ sementara itu suara wekerku yang sudah berdering. Kumatikan weker itu. Bukan untuk bangun, melainkan sebaliknya. Sekarang masih jam 4.00 dan masih terlalu pagi untuk bangun. Jadi, kuputuskan untuk berlayar lebih jauh dalam dunia mimpi.
‘Jen..Jenny bangun!!’ seruan mama melintas di telingaku. Nyaring sekali suaranya. Membuat pelayaran itu berhenti.
‘Ah mama, padahal lagi mimpi indah, kok malah di bangunin’
‘Sambung besok ya mimpinya. Ini udah jam 6 kurang 5. Masih mau tidur?’
‘Whatt!!’jeritku yang saat itu begitu tersentak. Lambat. Lambat. Sangat terlambat. Aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap.
‘Ok. Ma, Pa, Jenny pamit. Bye’
Mama dan Papa melambai ke arahku. Sementara aku meminta pak supir untuk menambah kecepatan kami. Yups, pas-pas-an sampai sekolah. Oops, rambut aku lupa di pita-in. Ahh, kacau-kacau.
‘Bruk..’ aku menabrak seseorang di depan gerbang dan orang tersebut jatuh. Seseorang dengan seragam SMA, nampaknya dia senior. Dan aku menabraknya.
‘Sorry!’ ucapku dengan suara lirih tanpa menoleh dan terus berlari. Aku tau ini sudah terlambat, hanya berharap semoga kakak OSIS belum masuk ke kelas. Ya dan ternyata memang belum, mereka baru keluar dari ruang OSIS. Kupercepat langkahku. Aku menuju kelas Violetta dulu. Minta tolong dia iketin nih pita-pita. Kakak pembimbingnya sudah datang dan menegur kami.
‘Ada apa kalian di sini?’
‘Bantu dia iket pita kak’
‘Bukannya harus dari rumah. Ini anak mana lagi?’
‘Anak sebelah kak. Ok, udah selesai. Makasih Vio. Bye kak’ lalu aku berlari lagi ke kelasku. Dan duduk manis di sana. Tak berapa lama kakak OSIS datang. Dan mengabsen kami satu persatu.
‘Ok. Selesai, kumpulkan buku TTD dan catatan. Kami mau periksa. 20 menit lagi, kalian harus ke aula’
Tiba-tiba ada satu kakak OSIS lagi yang masuk kelas kami. Bajunya agak sedikit kotor. Aku mengelinya, sepertinya itu kakak yang aku tabrak tadi.
‘Nah akhirnya datang juga kamu. Kok telat?’ tanya kak Farrah pada lelaki itu.
‘Sial banget nah, tadi itu ada peserta nabrak aku, warna betnya persis kayak di kelas ini’
‘Adik-adik, ini pembimbing kalian yang ketiga. Namanya kak Steven, panggilan kak Even’
Steven. Steve itukah kau? Ya benar itu Steve. Orang yang pertama kali mengajariku rasa saling memiliki. Orang yang pertama kali mengajari apa itu pengorbanan. Orang yang pertama kali membuatku tau apa itu rasa kangen. Orang yang pertama kali membuatku merasa berharga. Orang yang pertama kali memicu degup jantungku setiap kali dia lewat. Dan orang yang pertama kali membuatku mengenal apa itu cinta.
Dia juga orang yang meninggalkanku begitu saja 3 tahun lalu. Dia berkata kita harus menyudahi semuanya. Dia pergi begitu saja. Dia menjauhiku. Dia yang selalu aku rindukan. Dia yang selalu membuatku merasakan rasa bersalah. Dialah penyebab rasa sakit ini. He’s my first love.
Mengapa? Mengapa saat aku telah mulai bahagia, kenapa saat aku sudah siap membiarkan bayangannya pergi, kenapa saat aku sudah membuka hatiku untuk orang lain, kenapa saat aku benar-benar tak ingin berfikir tentang dia, kenapa saat aku ingin mengubur dalam-dalam masa laluku dan membuka lembaran yang baru dia malah kembali? Dia benar-benar kembali? Dia menampakkan dirinya lagi?
Mengapa? Mengapa dia hadir lagi, menorehkan sebuah rasa sakit, membuatku kembali mengingat masa lalu itu. Membuka lagi kenangan lama, Mengapa? Dan sekarang setelah 3 tahun berlalu, aku harus mendapati dia sebagai seniorku, sebagai kakak pembimbingku. Kenapa? Tak bisakah hidupku berjalan dengan lebih mudah? Tak bisakah seorang Jenny mendapatkan kebahagiaannya walau hanya sebentar? Kenapaa?
‘Nah ven, yang mana satu yang nabrak kamu tuh?’
‘Hmm, nah yang itu nah’ Ia menuding kearahku. Kini kakak OSIS itu menghampiriku
‘Oh, kamu nih yang nabrak kakak ya? Ga sopan banget. Udah salah bukannya minta maaf, malah lari’ Ia memarahiku. Aku diam. Aku tertunduk. Stop! Aku ga mau nangis lagi, aku ga mau keliatan sedih depan dia.
‘Ga punya mulut ya? Atau bisu? Kakak nih nanya. Jawab dek’ bentaknya lagi.
‘Kenapa aku harus minta maaf? Ini hanya masalah kecil kan?’ ucapku
‘Kecil katamu. Kau tak sopan. Kalau mau ngomong tuh, liat orang yang di ajak bicara’
‘Ya kecil. ingat aku? Angelica Jenny. Teman SD-mu. Kau sadar apa yang kau perbuat 3 tahun lalu? Kau sadar apa yang kau katakan saat itu? Ohh, betapa ringannya kau berkata demikian? Memulai dan memutuskan seenakmu! Setelah itu, kau benar-benar pergi, kau tak ingin bicara denganku lagi. telpon ga di angkat, sms ga di balas. Apa kau pernah berfikir tentang perasaanku? Apa kau pernah tau apa yang kurasakan? Apa kau pernah perduli? Tidak! Kau pergi begitu saja, tanpa memberikanku suatu penjelasan. Kau juga tak merasa bersalah kan? Tidakkah itu lebih besar dari masalah ini. Hah?’
‘Jenny. Kau Jenny?’ katanya yang seperti agak terkejut bertemu denganku.
‘Iya, kenapa? Kau terkejut? Ini aku, Jenny. Seseorang yang pernah hadir dalam hidupmu. Seseorang yang pernah kau sakiti. Kau ingat apa yang kau katakan di taman sekolah. Ya, kau mengakui semuanya, kau bilang kau sayang aku, kau naksir aku, tapi kau melepaskanku begitu saja, kau pergi tanpa satu alasan yang jelas, kau tiba-tiba memutuskan untuk mengambil jalan hidup sendiri-sendiri. Kau bilang kau sayang tapi kenapa Steve? kenapa kau begitu? Kau tak tau kan dampak perbuatanmu? Kau ngga tau rasa kangen aku setelah 3 tahun berpisah darimu? Kau tak tau betapa aku terus menyesali semua nya. Aku terus mencari-cari kesalahku. Kau tak tau kala aku menangis. Kau tak tau dan tak akan pernah tau!’
‘T..tidak. Jenny, sebenarnya aku tak bermaksud begitu. Ya aku tau aku salah. Waktu itu..’
‘Waktu itu, kau menemukan cewe yang lebih perfect dari aku. cewe yang bisa bikin kamu nyaman. Cewe yang lebih perhatian ke kamu. Cewe yang lebih segala-galanya. Dan kau memutuskan untuk sama dia dan pisah dengan aku? ya kan? Ya, aku tau kau itu cowo populer yang bisa dapetin cewe tipe apapun yang kau mau’
‘Bukan begitu, kamu itu udah perfect Jenny. Apa yang kukatakan itu benar. Aku sayang kamu. Bahkan sampai sekarang. Bukan hanya kamu, aku pun merindukan kehadiranmu, setiap saat. Ga ada yang lain, cuma kamu dari dulu sampai sekarang. The one and only. Waktu dan tempat yang memisahkan kita. Kita sudah beda sekolah. Aku harus fokus di sekolahku. Aku harus mengejar prestasiku. Lagipula waktu itu kita masih kecil, bukankah belum pantas menjalin suatu hubungan?’
‘Aku tak pernah minta itu. Aku ingin kita yang dulu, kamu yang dulu. Steve yang perhatian, Steve yang selalu ada buat aku. aku tau aku ini egois karena menginginkan semua itu. Kenapa sekarang saat aku ingin melupakanmu, saat aku berfikir bahwa kau sudah bahagia di luar sana, kau malah kembali lagi? kau malah datang lagi? lagi-lagi kau berada di dekatku? tak bisakah kau membiarkan aku bahagia dan tak terus menerus membuatku menyesal dan merasa bersalah?’
‘Maaf, jika karena aku kau jadi merasa begitu. Aku janji aku akan menebus kesalahanku. Aku akan membuatmu merasakan rasa yang dulu, dan membuatmu kembali lagi’
‘Woops, sepertinya kalian sudah membahas soal pribadi. Walau aku tak tau apa hubungan kalian di masa lalu, tapi maaf mengganggu pembicaraan kalian. Sekarang kalian harus ke Aula’
‘Aku akan membuatmu kembali padaku. Pegang ucapanku ’
‘Oh ya. Lihat saja. Haha,’

Tuhan, apalagi ini. Apa maksudnya ini? Kenapa dia kembali lagi? kenapa aku harus di pertemukan kembali dengannya? Kenapa luka lama itu harus terbuka lagi. aku tak mengerti. Sekarang, apa yang harus kulakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar