Mer n' Rin. Cerita, curhatan, anekdot dari 2 kepribadian berbeda yang tergabung dalam jiwa yang sama. *Eaakk..
Rin lagi duduk sendiri di ruang tamu, dengan mukanya yang di tekuk, ga semangat..
Mer: "Eh, Rin. Kenapa lo? Keknya lagi galau tuh. Ga enak banget liat muka lo"
Rin: "Udah tau engga enak, masih di liat huh"
Mer: "-_- Kenapa sih? Ada apa? Cerita dong. Sapa tau gue bisa bantu"
Rin: "Emang lo bisa ngertiin gue? Ga akan ada yang tau apa yang gue rasain dan ngga akan pernah ada"
Mer: "Wait..wait. Biar gue tebak. Masalah 'dia' kan. Second love kamu"
Rin: *angguk
Mer: "Jadi gara-gara mikirin dia lo jadi kek gini? Bodoh bener sih. Untuk apa lagi coba?"
Rin: "Bukan mikirin. Tapi kepikir. Semua itu dateng sendiri, gue juga engga minta kok"
Mer: "Ya, lupain"
Rin: "Melupakan tuh, engga semudah membalikkan telapak tangan kan? Melupakan itu ga semudah saat kita mengucapkannya kan? Apa namanya langsung bisa hilang dalam semalam? Tidak kan. Semua perlu waktu. Dan kau ga bakal pernah ngerti itu, Mer. Ga ada yang bisa ngerti, bahkan dia pun ga ngerti apa yang gue rasain. Dia ngga tau. Di depan dia, It's Ok mungkin gue bisa pura-pura seneng, bahagia tapi dia ngga tau dalem hati gue nangis. Di belakang dia gue nangis, gue teriak, gue nahan semuanya."
Mer: "Rin, kita itu sama. Apa yang kau rasa juga kurasakan. Apa yang kau alami juga pernah ku alami. Aku tau bagaimana pas kita sama-sama ngerasain di perhatiin dia. Pas kita salting deket dia. Pas kita sama-sama merasakan degupan jantung saat dia lewat atau melempar senyuman ke arahmu. Aku tau itu. Dan aku mengerti itu. Aku tau pas kamu nangis, lo ngga punya temen curhat, cuma ngeliatin boneka doang di kamar sambil norehin isi hati lo di selembar kertas, gue tau loe nangis setiap liat gedung SMP dari kamar lo. Gue tau apa yang lo rasain. Yang buat beda cuma cara kita menghadapinya itu doang kok"
Rin: "Iya, tapi kenapa sih dia ngga bisa ngerti. Dan juga kenapa air mata itu harus tumpah buat dia?"
Mer: "Kau tau, kadang emang di dunia ini yang emang ngga bisa di mengerti, contohnya aja yang kita rasain. Tapi kita tak harus mengerti itu kok, cukup merasakannya. Dan soal air mata, ada kalanya cewe itu nangis, tapi bukan karena dia lemah. Tapi dia udah engga sanggup lagi buat pura-pura bahagia, dia udah engga kuat menutupi semuanya dengan senyuman palsu, seperti yang kau lakukan tanggal 30 waktu itu, Kau melakukannya dengan baik, sampai akhirnya semua itu sudah tak bisa di tahan lagi. It's ok, aku tau kalo sebenernya kau cuma ga pingin membebani dia kan?"
Rin: "Iya Mer. Tapi nampaknya aku emang bener-bener jadi beban buat dia. Huft. Aku cuma ga pingin dia jadi salah faham. Dan sekarang, coba deh lo pikir, gimana caranya lo bisa ngelupain dia dengan mudah, sementara temen-temen lo sibuk ngebahas soal dia di depan lo. Terus juga, gimana caranya bisa cepet ngelupain dia sementara tiap hari mama lo godain lo pake nama dia. Setelah sekian banyak kenangan. Gue masih inget banget sentuhannya di kelas Mandarin, Fisika, sama Biologi. Lempar-lemparan kertas pas ujian praktek di lapangan. Pas dia bantuin kami di ujian biologi. Pandangannya yang selalu mampu mengunci, beberapa unforgettable moment di kelas Inggris. Bahkan saat melangkah mulus di catwalk. Apa ini bakal jadi mudah?"
Mer: "Ya itulah semua memang butuh waktu. Pasti nantinya kau akan lupa sendiri. Percaya deh"
Rin: "Aku sangat berharap apa yang kau katakan itu benar"
Mer: "Kau tau, dulu saat kita sama-sama merasakan ini, kita tak pernah memikirkannya bukan? Bahkan dulu kita selalu menyangkal perasaan ini. Kita selalu ingin menolaknya, kita menyayangi dia tanpa perduli perasaan itu berbalas atau tidak. Hingga pada akhirnya kita menyerah kita mengakui semuanya. Dan perasaan itu juga yang menarik dan terus menarik kita untuk lebih terlibat, untuk berani melangkah lebih jauh lagi. Dan setelah itu, kita lepas kontrol. Keegoisan mulai merasuki kita, kita terlalu mengejarnya, menginginkannya, dan tak ingin dia pergi. Tiga prinsip yang selalu kita pegang, jadi terlupa karenanya 'Love is like a butterfly' 'Cinta itu perasaan tulus yang tak mengharapkan jawaban dan di kirimkan satu arah' 'Saling mencintai bukan berarti harus saling memiliki'. Suasana mengendalikan kita. Kita jadi lupa bagaimana kita dulu bersikap, sekarang kita menjadi egois. Dan malah begini jadinya. Tidakkah ada sesuatu yang dapat kau pelajari dari itu?"
Rin: "Iya Mer, tak pernah sekalipun terbersit dipikiranku akan akhir dari semua ini. Mungkin kau benar, kita terlalu terbawa suasana. Sehingga tak tau lagi apa yang kita lakukan entah itu salah entah itu benar, kita terlalu mengekangnya. Semua orang itu butuh kebebasan"
Mer: "Iya, pengalaman itu merupakan guru yang paling baik. Kita dapat merasakan langsung semuanya, dan belajar lebih baik lagi akan hal itu. Aku tau mungkin tak akan mudah dan waktu yang di perlukan tak bisa di hitung dengan jari. Karena itulah kau masih harus belajar. Jadikan ini satu langkah menuju pendewasaan. Waktumu masih panjang dan masih sangat panjang, ini bukanlah akhir, namun ini adalah awal dari pembelajaranmu. Masih sangat banyak yang perlu kau ketahui sebelum kau siap berkomitmen, saling menjaga dan mempertahankan 5 huruf yang di awali dengan C dan diakhiri dengan A itu. Dia bener kok, lo itu belum siap. Emangnya umur lo berapa sih, masih kecil juga mau sibuk sama yang gituan, ngurusin diri sendiri aja belum bener, udah mau sok-sok-an ngurusin orang lain. Lagian kita juga patut berterimakasih sama dia, karena dia udah ngajarin sedikit demi sedikit tentang apa itu makna hidup, dia juga udah bersedia menuntun lo dan membuat lo ngeliat sisi lain dari kehidupan ini, membuka mata lo tentang kehidupan di dunia luar. Tak sebatas pikiran dan imajinasi semata"
Rin: "Kalau di pikir-pikir omongan lo bener juga ya. Tapi akankah kenangan selama 1 tahun itu bisa hilang?"
Mer: "Yang bilang itu harus di ilangin siapa? Ya biarin aja, biarkan itu jadi kenangan manis yang akan terus membekas dalam hidupmu. Jika ada yang baik, petiklah. Namun sebaliknya, jika tidak, jadikan itu sebuah pelajaran, dan berjanjilah untuk tak mengulangi kesalahan yang sama"
Rin: "Jadinya sekarang yang harus gue lakuin apa? Kadang ya, biarpun sebenernya sekarang gue udah SMA, tapi pikiran sama hati kadang masih aja ketinggalan di SMP. Masih banyak banget yang di kangen-in"
Mer: "Itulah. Jangan pernah mencoba melupakan dia. Semakin keras kau berusaha, semua kenangan tentangnya bakal kembali lagi. Biarkan yang berlalu tetap berlalu, buka lembaran baru, beranilah untuk melangkah tanpa menoleh ke belakang. Open Your Heart, Buka semua gembok di hati lo, biarkan semua mengalir dengan sendirinya. Biarkan dia pergi, Toh kan jika dia memang jodohmu, Tuhan akan kembali mempertemukan kalian dalam pertemuan yang indah. Namun jika sebaliknya, mau sampai berapa lamapun kau mempertahankannya, dia tetap saja akan pergi darimu. Jadi jangan khawatir. Sebab, jikalau bukan dia pun, mungkin di luar sana ada Prince Charming yang senantiasa menunggumu. Begitupun dengan dia, masih banyak kok Princess yang lebih baik dari kita, yang lebih perfect dari kita untuknya. Tuhan itu sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, kau hanya belum menemukan siapa orang itu"
Rin: "Begitukah menurutmu? Hmm, kenapa ya dulu itu aku harus jadi Rin, yang lemah, cengeng dan menakuti semuanya bukannya jadi Mer yang lebih kuat dan tau bagaimana harus bertindak"
Mer: "Sekali lagi kukatakan, itu hanya karena emosi yang tak menentu, rasa ingin memiliki itu muncul. Untuk apa menyesal, semua takkan kembali walau hanya sedetik, aku rasa jika kita dapat kembali lagi, pasti semua akan menjadi lebih baik. Sayangnya tidak, penyesalan itu selalu datang belakangan. Sudahlah, nikmati saja apa yang ada"
Rin: "Lalu, kedepannya gimana?"
Mer: "Bukankah sudah kau putuskan kalian akan berteman? Ya kurasa engga ada tuh mantan teman, hubungan pertemanan itu tetap harus terjalin dong. Ngga boleh putus gara-gara soal gini aja. Punya musuh itu rugi tau ngga"
Rin: "Hmm, iya sih. Sebenernya kita juga mustinya bersyukur bukan malah menyesalinya terus menerus. Tuhan sudah memberi kita kesempatan untuk lebih dekat dengannya khususnya di 1,5 bulan terakhir. Tuhan udah ngizinin kita belajar, sedikit mengenal bagaimana menjaga dan mempertahankan, dan melalui dia, Tuhan juga udah ngasih tau kalo yang kita lakuin belum cukup, engga boleh berenti sampe sini, masih harus belajar. Dan satu lagi, kita juga diingetin buat sekolah dulu yang bener, baru ngurusin yang gituan. Ternyata ya, Mer bener kata orang, setiap peristiwa itu pasti ada hikmahnya. Ada aja pelajaran yang bisa di petik"
Mer: "Iya bener tuh, Rin. Tapi manusia nih suka nyadarnya baru belakangan. Kalo baru-baru di bawa pake emosi. Pinginnya kalo engga marah ya nangis. Kek gitu"
Rin: "Iya nih, gue masih pingin bersyukur di tengah kekurangan"
Mer: "Ciee.. Rin balik lagi nih. Ga galau-galauan lagi. Udah nular bijaknya gue hahaha.."
Rin: "Huh, dasar lo. Iya deh, menang lah"
Mer: "Udah gimana baikan, sekarang?"
Rin: "Lumayan. Gue bakal mencoba itu, walau sepertinya Emang Sulit"
Mer: "Ya. Sulit bukan berarti ngga bisa kan?"
Rin: "Hahaha.. Iya Mer. Btw, makasih ya"
Mer: "Ok, Urwell. Senang bisa membantu"
Dan keadaan kembali membaik seperti sedia kala.
Emang agak Gaje ya posting ini. Curhat sama diri sendiri. Nanya sendiri, jawab sendiri. Kadang cuma satu yang aku binggungin, kenapa aku bisa ngasih saran-saran, tapi saat aku terjebak di kondisi itu, aku engga bisa nolong diriku sendiri. Ya emang agak aneh sih. Ya udahlah, walaupun agak aneh, enjoy aja lah. Baca-baca aja, ambil makna yang bisa di ambil, kalo engga bisa ya ga usah di anggep. Intinya gitu deh. :)
Rin lagi duduk sendiri di ruang tamu, dengan mukanya yang di tekuk, ga semangat..
Mer: "Eh, Rin. Kenapa lo? Keknya lagi galau tuh. Ga enak banget liat muka lo"
Rin: "Udah tau engga enak, masih di liat huh"
Mer: "-_- Kenapa sih? Ada apa? Cerita dong. Sapa tau gue bisa bantu"
Rin: "Emang lo bisa ngertiin gue? Ga akan ada yang tau apa yang gue rasain dan ngga akan pernah ada"
Mer: "Wait..wait. Biar gue tebak. Masalah 'dia' kan. Second love kamu"
Rin: *angguk
Mer: "Jadi gara-gara mikirin dia lo jadi kek gini? Bodoh bener sih. Untuk apa lagi coba?"
Rin: "Bukan mikirin. Tapi kepikir. Semua itu dateng sendiri, gue juga engga minta kok"
Mer: "Ya, lupain"
Rin: "Melupakan tuh, engga semudah membalikkan telapak tangan kan? Melupakan itu ga semudah saat kita mengucapkannya kan? Apa namanya langsung bisa hilang dalam semalam? Tidak kan. Semua perlu waktu. Dan kau ga bakal pernah ngerti itu, Mer. Ga ada yang bisa ngerti, bahkan dia pun ga ngerti apa yang gue rasain. Dia ngga tau. Di depan dia, It's Ok mungkin gue bisa pura-pura seneng, bahagia tapi dia ngga tau dalem hati gue nangis. Di belakang dia gue nangis, gue teriak, gue nahan semuanya."
Mer: "Rin, kita itu sama. Apa yang kau rasa juga kurasakan. Apa yang kau alami juga pernah ku alami. Aku tau bagaimana pas kita sama-sama ngerasain di perhatiin dia. Pas kita salting deket dia. Pas kita sama-sama merasakan degupan jantung saat dia lewat atau melempar senyuman ke arahmu. Aku tau itu. Dan aku mengerti itu. Aku tau pas kamu nangis, lo ngga punya temen curhat, cuma ngeliatin boneka doang di kamar sambil norehin isi hati lo di selembar kertas, gue tau loe nangis setiap liat gedung SMP dari kamar lo. Gue tau apa yang lo rasain. Yang buat beda cuma cara kita menghadapinya itu doang kok"
Rin: "Iya, tapi kenapa sih dia ngga bisa ngerti. Dan juga kenapa air mata itu harus tumpah buat dia?"
Mer: "Kau tau, kadang emang di dunia ini yang emang ngga bisa di mengerti, contohnya aja yang kita rasain. Tapi kita tak harus mengerti itu kok, cukup merasakannya. Dan soal air mata, ada kalanya cewe itu nangis, tapi bukan karena dia lemah. Tapi dia udah engga sanggup lagi buat pura-pura bahagia, dia udah engga kuat menutupi semuanya dengan senyuman palsu, seperti yang kau lakukan tanggal 30 waktu itu, Kau melakukannya dengan baik, sampai akhirnya semua itu sudah tak bisa di tahan lagi. It's ok, aku tau kalo sebenernya kau cuma ga pingin membebani dia kan?"
Rin: "Iya Mer. Tapi nampaknya aku emang bener-bener jadi beban buat dia. Huft. Aku cuma ga pingin dia jadi salah faham. Dan sekarang, coba deh lo pikir, gimana caranya lo bisa ngelupain dia dengan mudah, sementara temen-temen lo sibuk ngebahas soal dia di depan lo. Terus juga, gimana caranya bisa cepet ngelupain dia sementara tiap hari mama lo godain lo pake nama dia. Setelah sekian banyak kenangan. Gue masih inget banget sentuhannya di kelas Mandarin, Fisika, sama Biologi. Lempar-lemparan kertas pas ujian praktek di lapangan. Pas dia bantuin kami di ujian biologi. Pandangannya yang selalu mampu mengunci, beberapa unforgettable moment di kelas Inggris. Bahkan saat melangkah mulus di catwalk. Apa ini bakal jadi mudah?"
Mer: "Ya itulah semua memang butuh waktu. Pasti nantinya kau akan lupa sendiri. Percaya deh"
Rin: "Aku sangat berharap apa yang kau katakan itu benar"
Mer: "Kau tau, dulu saat kita sama-sama merasakan ini, kita tak pernah memikirkannya bukan? Bahkan dulu kita selalu menyangkal perasaan ini. Kita selalu ingin menolaknya, kita menyayangi dia tanpa perduli perasaan itu berbalas atau tidak. Hingga pada akhirnya kita menyerah kita mengakui semuanya. Dan perasaan itu juga yang menarik dan terus menarik kita untuk lebih terlibat, untuk berani melangkah lebih jauh lagi. Dan setelah itu, kita lepas kontrol. Keegoisan mulai merasuki kita, kita terlalu mengejarnya, menginginkannya, dan tak ingin dia pergi. Tiga prinsip yang selalu kita pegang, jadi terlupa karenanya 'Love is like a butterfly' 'Cinta itu perasaan tulus yang tak mengharapkan jawaban dan di kirimkan satu arah' 'Saling mencintai bukan berarti harus saling memiliki'. Suasana mengendalikan kita. Kita jadi lupa bagaimana kita dulu bersikap, sekarang kita menjadi egois. Dan malah begini jadinya. Tidakkah ada sesuatu yang dapat kau pelajari dari itu?"
Rin: "Iya Mer, tak pernah sekalipun terbersit dipikiranku akan akhir dari semua ini. Mungkin kau benar, kita terlalu terbawa suasana. Sehingga tak tau lagi apa yang kita lakukan entah itu salah entah itu benar, kita terlalu mengekangnya. Semua orang itu butuh kebebasan"
Mer: "Iya, pengalaman itu merupakan guru yang paling baik. Kita dapat merasakan langsung semuanya, dan belajar lebih baik lagi akan hal itu. Aku tau mungkin tak akan mudah dan waktu yang di perlukan tak bisa di hitung dengan jari. Karena itulah kau masih harus belajar. Jadikan ini satu langkah menuju pendewasaan. Waktumu masih panjang dan masih sangat panjang, ini bukanlah akhir, namun ini adalah awal dari pembelajaranmu. Masih sangat banyak yang perlu kau ketahui sebelum kau siap berkomitmen, saling menjaga dan mempertahankan 5 huruf yang di awali dengan C dan diakhiri dengan A itu. Dia bener kok, lo itu belum siap. Emangnya umur lo berapa sih, masih kecil juga mau sibuk sama yang gituan, ngurusin diri sendiri aja belum bener, udah mau sok-sok-an ngurusin orang lain. Lagian kita juga patut berterimakasih sama dia, karena dia udah ngajarin sedikit demi sedikit tentang apa itu makna hidup, dia juga udah bersedia menuntun lo dan membuat lo ngeliat sisi lain dari kehidupan ini, membuka mata lo tentang kehidupan di dunia luar. Tak sebatas pikiran dan imajinasi semata"
Rin: "Kalau di pikir-pikir omongan lo bener juga ya. Tapi akankah kenangan selama 1 tahun itu bisa hilang?"
Mer: "Yang bilang itu harus di ilangin siapa? Ya biarin aja, biarkan itu jadi kenangan manis yang akan terus membekas dalam hidupmu. Jika ada yang baik, petiklah. Namun sebaliknya, jika tidak, jadikan itu sebuah pelajaran, dan berjanjilah untuk tak mengulangi kesalahan yang sama"
Rin: "Jadinya sekarang yang harus gue lakuin apa? Kadang ya, biarpun sebenernya sekarang gue udah SMA, tapi pikiran sama hati kadang masih aja ketinggalan di SMP. Masih banyak banget yang di kangen-in"
Mer: "Itulah. Jangan pernah mencoba melupakan dia. Semakin keras kau berusaha, semua kenangan tentangnya bakal kembali lagi. Biarkan yang berlalu tetap berlalu, buka lembaran baru, beranilah untuk melangkah tanpa menoleh ke belakang. Open Your Heart, Buka semua gembok di hati lo, biarkan semua mengalir dengan sendirinya. Biarkan dia pergi, Toh kan jika dia memang jodohmu, Tuhan akan kembali mempertemukan kalian dalam pertemuan yang indah. Namun jika sebaliknya, mau sampai berapa lamapun kau mempertahankannya, dia tetap saja akan pergi darimu. Jadi jangan khawatir. Sebab, jikalau bukan dia pun, mungkin di luar sana ada Prince Charming yang senantiasa menunggumu. Begitupun dengan dia, masih banyak kok Princess yang lebih baik dari kita, yang lebih perfect dari kita untuknya. Tuhan itu sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, kau hanya belum menemukan siapa orang itu"
Rin: "Begitukah menurutmu? Hmm, kenapa ya dulu itu aku harus jadi Rin, yang lemah, cengeng dan menakuti semuanya bukannya jadi Mer yang lebih kuat dan tau bagaimana harus bertindak"
Mer: "Sekali lagi kukatakan, itu hanya karena emosi yang tak menentu, rasa ingin memiliki itu muncul. Untuk apa menyesal, semua takkan kembali walau hanya sedetik, aku rasa jika kita dapat kembali lagi, pasti semua akan menjadi lebih baik. Sayangnya tidak, penyesalan itu selalu datang belakangan. Sudahlah, nikmati saja apa yang ada"
Rin: "Lalu, kedepannya gimana?"
Mer: "Bukankah sudah kau putuskan kalian akan berteman? Ya kurasa engga ada tuh mantan teman, hubungan pertemanan itu tetap harus terjalin dong. Ngga boleh putus gara-gara soal gini aja. Punya musuh itu rugi tau ngga"
Rin: "Hmm, iya sih. Sebenernya kita juga mustinya bersyukur bukan malah menyesalinya terus menerus. Tuhan sudah memberi kita kesempatan untuk lebih dekat dengannya khususnya di 1,5 bulan terakhir. Tuhan udah ngizinin kita belajar, sedikit mengenal bagaimana menjaga dan mempertahankan, dan melalui dia, Tuhan juga udah ngasih tau kalo yang kita lakuin belum cukup, engga boleh berenti sampe sini, masih harus belajar. Dan satu lagi, kita juga diingetin buat sekolah dulu yang bener, baru ngurusin yang gituan. Ternyata ya, Mer bener kata orang, setiap peristiwa itu pasti ada hikmahnya. Ada aja pelajaran yang bisa di petik"
Mer: "Iya bener tuh, Rin. Tapi manusia nih suka nyadarnya baru belakangan. Kalo baru-baru di bawa pake emosi. Pinginnya kalo engga marah ya nangis. Kek gitu"
Rin: "Iya nih, gue masih pingin bersyukur di tengah kekurangan"
Mer: "Ciee.. Rin balik lagi nih. Ga galau-galauan lagi. Udah nular bijaknya gue hahaha.."
Rin: "Huh, dasar lo. Iya deh, menang lah"
Mer: "Udah gimana baikan, sekarang?"
Rin: "Lumayan. Gue bakal mencoba itu, walau sepertinya Emang Sulit"
Mer: "Ya. Sulit bukan berarti ngga bisa kan?"
Rin: "Hahaha.. Iya Mer. Btw, makasih ya"
Mer: "Ok, Urwell. Senang bisa membantu"
Dan keadaan kembali membaik seperti sedia kala.
Emang agak Gaje ya posting ini. Curhat sama diri sendiri. Nanya sendiri, jawab sendiri. Kadang cuma satu yang aku binggungin, kenapa aku bisa ngasih saran-saran, tapi saat aku terjebak di kondisi itu, aku engga bisa nolong diriku sendiri. Ya emang agak aneh sih. Ya udahlah, walaupun agak aneh, enjoy aja lah. Baca-baca aja, ambil makna yang bisa di ambil, kalo engga bisa ya ga usah di anggep. Intinya gitu deh. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar