Rabu, 24 Juli 2013

Chapter 05 - 4U, OSIS

Chapter 5

‘Jen, bareng yuk. Mau cari TTD juga kan?’ ajak seorang anak cowo. Suaranya dari belakang. Yups, itu Kevin. He’s like my hero! Selalu datang disaat yang tepat. Selalu datang saat aku membutuhkan dia. Hmm, atau mungkin dia itu lebih kayak paranormal yang bisa baca pikiran aku. hahaha..
U know what my answer. 1 kata terdiri dari 3 huruf dengan awalan Y dan akhiran S. selama minta TTD itu, kami di kerjain abis-abisan, di suruh nyanyi, nari, tapi bukan itu doang. Kami juga di suruh dansa.
‘Nih, dapet TTD dari 3 kakak OSIS ini, syaratnya mudah kok kalian dansa tuh di tengah lapangan’ ujar slah satu panitia pada aku dan Kevin. Yah memang saat itu hanya kami berdua yang menghadap 3 kakak Panitia tersebut. Woaahh!! Bisa di bayangkan?
‘Ah. Kakak OSIS pada makan. Baru dapet berapa tanda tangan nih, Vin. Sedikit banget. Bukannya kita harus dapet TTD dari seluruh kakak OSIS ya baru bisa lulus?’
‘Masih ada hari esok kok Jen. Santai. Optimis aja, pasti dapet, kan nyari TTD nya bareng aku. hahaha..’
Emang paling bisa deh, nih cowo. Selalu bisa bikin aku nyaman. I don’t know what do I feel now. Perasaan yang sama dengan yang kurasakan saat pertama kali jatuh cinta. Sebuah perasaan yang selalu membuatku memulaskan senyumku. God, Is he my second love?
Saat seperti ini, aku selalu tak ingin hari ini cepat berakhir. Moment-moment saat aku bisa bersamanya, berada di dekatnya, dan bercanda dengannya. Precious moment. Sesuatu yang memang kuinginkan. Ternyata begini rasanya. Hahaha.. Seakan terlahir kembali dalam dunia cinta yang baru
Violetta baru keluar dari kelasnya. Dan aku langsung menghampiri dia dengan air muka yang blink-blink.
‘Eh, kesambet apaan? Girang banget kayaknya’ tanyanya
‘Guess what!’
‘Kevin?’
‘Yeah. U’re right.’
‘Eh, ciee makin lengket aja tuh. Kayak perangko’
‘Bisa aja deh. Jadi ya, tadi itu Kevin...’
Aku bercerita di sepanjang perjalanan. Kami kembali membeli kertas untuk bet nama. Punya Violetta kebetulan salah juga. Nasib..nasib. Kami tak sadar telah sampai ketempat tujuan. Hmm, mungkin karena ceritaku terlalu panjang ya?
‘Nah, ini nih yang ada di contoh tadi. Jen, aku ketemu, kamu gimana? Udah belum?’
‘Vio, bantuin dong. Aku ga tau nih yang mana’
‘Kamu aja engga tau, apalagi aku. kan kita beda kelas. Emang tadi contohnya gimana? Kau ga liat?’
‘Lihat sih. Tapi aku lupa yang kayak gimana’
‘Ini nih, kalau isi otaknya udah nama Kevin semua. Yang lain-lain jadi lupa deh. hmm.’
Violetta sama sekali tak membantu. Yang ada, dia cuma gangguin doang. Hmm, Kenapa bisa lupa ya? Aduh, memori warna aku emang lagi error nih. Huh,
‘Ya udah yang ini aja deh’ ucapku yang sudah mengambil keputusan. Entah itu warna yang benar atau salah. Kalau sampai salah, siap-siap aja.
‘Jen, mau nemenin aku ke mall ga?’
‘Mau ngapain di mall?’
‘Belanja dong, masa berenang sih? Gimana?’
‘Ya deh, iya. For my beloved friend, apa sih yang engga? Haha..’
Bahkan saat kami masih dandan ala MOS ini, masih sempat pergi ke mall. Banyak mata yang melirik ke kami. Seaneh itu kah kami? Lalu aku bilang ke Vio untuk lepas dulu nih kuncitan, setidaknya lebih baik dari pada yang tadi.
‘Vio, vio, vio. Coba aja kamu masuk kelas aku. pasti seru deh, bakal banyak banget yang kuceritain soal Kevin. Kevin itu ya.. Ahhh!!’ saat aku tengah bercerita, tiba-tiba aku menabrak sesuatu, eh seseorang. Spontan saja aku berbalik.
‘Eh, kita ketemu lagi Jen. Lagi ngapain di sini?’
He’s Kevin. And he surprised me, very surprised me. Ups, bukankah tadi aku bercerita tentangnya menggunakan volume yang cukup besar? Apa dia mendengar itu?
‘Hmm, Vio. Violetta yang mengajakku ke sini, hehe. Kamu sendiri? Ngapain kamu berdiri di depan pintu boutique?’
‘Oh, aku sih iseng doang, nemenin ...’
‘Keviinn!! Sini deh!’ seru seseorang dari dalam. Suaranya sih cewe. Who’s she?
‘Eh, udah dulu ya. Bye’
Hmm, aneh. Siapa cewe itu? Ibunya? Tantenya? Kakaknya? Adiknya? Sepupunya? Saudaranya? Pertanyaan itu masih berputar di kepalaku. Sementara Violetta membuat 1 statement lagi.
‘Siapa sih itu Jen. Mungkinkah pacarnya?’
‘Tak mungkin, dia itu masih single tau’
‘Kau yakin? Apa kau pernah menanyakan status hubungannya?’
‘Belum sih. Tapi dia nampak seperti single. Dari gaya bicaranya, bagaimana sikapnya bertemu cewe, dia akrab dengan banyak teman cewe di kelasku, dan dia masih seperti orang yang bebas’
‘Itu kan hanya berdasarkan observasimu. Belum tentu semua benar, setiap orang memiliki sifat yang berbeda. Kalau begitu, tidak menutup kemungkinan kalau dia sudah punya pacar. Ya kan?’
Pacar? Pacar? Mungkinkah? Tapi, kalau dia punya pacar, kenapa dia baik padaku? Nganterin pulang? Ngajakin bareng waktu ngerjain tugas? Bahkan dia membela ku di depan teman-temannya. Hard to belive if he has a girlfriend.
‘Vio. Bisakah kita pulang sekarang?’
‘Kita baru saja sampai. Masa sudah mau pulang’
‘Kepalaku pusing. Dan kurasa sekarang perasaanku kacau memikirkan soal tadi’
Rasanya seperti ada sesuatu yang menusuk dalam diriku. Aku tak tau apa yang kupikirkan. Ketakutan. Ketakutan yang kualami kelas 6. Aku takut mengalaminya lagi. kehilangan dan di tinggalkan. PHP lagi. aku takut.
‘Untuk itulah kita disini sekarang. Hm. Kurasa kita bisa bermain sebentar agar kau dapat melupakan masalah tadi. Lagipula statement ku itu belum tentu benar, mungkin yang kau katakanlah yang benar, kita tak tau Jenny. Sudahlah, anggap ini rintangan’
Dalam setiap hubungan pasti akan ada rintangan. Setiap hubungan pasti ada batu sandungan. Pasti ada masalah. Itulah yang di sebut dengan bumbu. Jika tidak, pasti tak akan seru jadinya. Seperti halnya masakan tanpa bumbu, akan hambar rasanya bukan?
Dalam hidup ini, tak ada yang selalu berjalan mulus. Nah, sekarang itu ujian untuk kita, seberapa kuat kita bertahan dan seberapa usaha kita dalam melewati rintangan itu. Seberapa kuat kita berdiri dan bangkit lagi jika tersandung batu tersebut. Dan seberapa tahan kita untu tak menangis dan pantang menyerah. Kunci untuk melewati rintangan itu sederhana,yaiti rasa saling percaya, kerja keras dan kebersamaan. Bukan begitu?

Ya, ternyata yang dikatakan Violetta itu benar. Setelah beberapa saat bermain, perasaanku lumayan. Ahh, kalau di pikir, dalam hidup ini memang harus punya warna ya. Warna merah, kuning, hijau, biru akan lebih bagus dari pada mereka berdiri sendiri bukan? Ya, kurasa begitu. Hidup ini selalu membuat kita mengalami sesuatu yang baru, setiap peristiwa selalu makna dan pengajaran. Yang membuat kita selalu ingin belajar. Yah, nikmati apa yang ada. Jangan pikirkan yang buruk, ambil saja sisi positive dari semua yang telah terjadi. Think positive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar