NEW DESIGN OF STUDY ROOM PART 2
“Yeah, we did it guys!!” seru Valencia
“Ya, bukankah ide bagus menghias ruangan menjadi semeriah ini?
Susana baru. Balon dimana-mana, warna warninya buat ceria. Nah, sekarang apa
yang akan kita lakukan?” tanya Maureen
“Bisakah kita memukul pinata itu sekarang? Atau memecahkan
balon-balon?” tanya Sissy dengan penuh semangat
“Oh tidak! Itu adalah reward atas keberhasilan kita nantinya.
Dan yang berhak memukulnya, hanya siswi dengan nilai tertinggi”
“Yaahh..” desah Sissy dengan nada kecewa. Ya mungkin dia
kecewa.
“Tapi, kalau balon, kurasa bisa” sambung Maureen dengan
tatapan yang berkilat
“Ayo, yang takut jangan dekat-dekat. Ready 1..2..3” Valencia
memperingatkan
“STOP! CUKUP! HENTIKAN!” teriak Nadine
“Kenapa? Kau takut balon hah? Uhh, kan tadi sudah ku bilang
untuk menjauh”
“Hahahaha, benarkah itu? Seorang Nadine takut balon? Bukankah
dia itu cewe culas yang hampir ngga ada takutnya ya? Hahaha,” Ejek Cherry
“Oh, Tuhan kenapa aku harus tergabung dalam kelas yang berisi
anak-anak aneh seperti kalian sih?”
Akibat ucapan Nadine, perang kelas dimulai..
Siapa lawannya? Tentu saja musuh ketatnya, Natasya. Ya karena sepertinya hanya Natasya yang punya jurus jitu untuk membuat Nadine menyerah. Yah, lihat saja!
Siapa lawannya? Tentu saja musuh ketatnya, Natasya. Ya karena sepertinya hanya Natasya yang punya jurus jitu untuk membuat Nadine menyerah. Yah, lihat saja!
“Apa kau fikir kami juga senang sekelas dengan gadis sepertimu,
Ha? Kurasa tidak. Hei, nona Nadine Anastasya yang paling baik, paling pintar,
dan yang paling sempurna. Ya mungkin menurutmu, kami ini aneh, tapi kau SALAH
kami bukan aneh, tapi kami unik. Faham?”
“Ya.. ya terserah apa katamu Natasya, mau dibilang bagaimana
pun, tetap saja kalian itu (Tasya Cs.) kekanak-kanakan. Bahkan kurasa anak TK
pun akan lebih pintar dari kalian. Apa-apaan membuat metode belajar seperti
ini, tidak efektif dan menganggu konsentrasi. Apa kalian sadar sekarang sudah
ada di tingkat 2? Mungkin kalau bu Theodora disini, Ia akan menertawakan
anak-anak tingkat 2, huh dasar. Memalukan!!”
“Ngatain kalau kami aneh, padahal faktanya kau yang aneh.
Selalu menyanggah apa yang menjadi ke putusan kelas, mengacaukan pesta. Kau
sadar itu? Dan satu lagi, kau bilang gitu karena sebenarnya kau iri kan?”
“Apa? Iri? Aku tak salah dengar? Apa gunanya iri dengan
kalian? Ohh, jangan bercanda”
“Sudahlah jangan menyangkal. Kau itu tak tau bagaimana caranya
bersenang-senang. Lihat dirimu! Apa kau fikir ada yang ingin berteman denganmu?
Kau menyedihkan, Nadine!!”
“Hey, hey jaga ucapanmu!! Apa ini yang kau sebut bersenang-senang?
MKKB! Tentu saja caraku bersenang-senang seperti anak remaja pada umumnya.
Lebih dewasa bukan seperti anak kecil begini”
“Iya, Nadine Anastasya yang sok tua. Tak usah berulang kali
diingatkan, kami tau kok kami seperti anak kecil, tapi walau begitu, kami
kompak, kami solid. Apa gunanya bersikap dewasa tapi malah jadi penentang dan
dimusuhi banyak orang? Apa gunanya bersikap dewasa, tapi tak memiliki teman
lebih-lebih sahabat? Untuk apa sok-sok tua, tapi ujung-ujungnya sendiri? Engga
ada gunanya kan?”
“S..siapa bilang aku tak punya, aku punya kok. Aku punya
teman”
“Siapa? Coba sebutkan! Chris? Dia tak ada disini untuk
membelamu, Manis. Lagipula aku juga tak yakin kalau dia mau membelamu”
Air muka Nadine berubah 180o yang tadinya terlihat
sombong dan angkuh, sekarang terlihat jelas dia sedih dan tertekan. Suaranya
juga sudah mulai parau. Nampaknya omongan Tasya itu benar-benar menusuk dan
melukai hatinya.
Tapi salah siapa? Siapa yang memintanya menghina anak-anak
tingkat 2, salah sendiri. Sekarang ia harus menerima akibatnya!!
Sementara, anak-anak tingkat 2 tak ada satupun yang buka
suara, termasuk Audrey selaku ketua kelas. Tak ada usahanya mendamaikan mereka.
Ya, kurasa mereka terlalu asyik mendengar perang mulut antara keduanya. Haha..
“Terserah kau! Aku sudah tak perduli! Aku tak ingin disini,
bersama anak-anak aneh seperti kalian. Dasar, anak-anak aneh” teriaknya seraya
melangkahkan kaki dan pergi.
“Kau yang aneh. Kau kira kami senang punya classmate
sepertimu. Pergi sana yang jauh!!”
Nadine memalingkan wajahnya, sambil terus berlari. Sampai di
tepi kolam berenang, ia menangis disana. Kurasa kata-kataku benar-benar menusuk
dan bikin nyess. Tapi siapa yang perduli dengannya? Biarkan saja, sekali-sekali
dia memang pantas menerima itu. Agar dia sadar.
“Dia fikir dia siapa? Apa hak nya mengguruiku? Heh, tak bisa
bersenang-senang katanya? Tak punya teman katanya?”
Ia termenung, mungkin yang dikatakan Tasya itu ada benarnya.
Ia berbeda, caranya bersenang-senang dan metodenya belajar juga berbeda. Ia
lebih menyukai kehidupan dewasa. Yang ideal dan tak dipenuhi imajinasi. Ia
melihat semuanya berdasarkan fakta.
Dan masalah teman. Baru disadari, ternyata benar. Ia tak
memiliki teman. Kenapa? Karena sikapnya yang selalu menentang. Ia hanya tak
suka. Ia hanya menyampaikan pendapatnya, tapi selalu tak diterima.
Nadine menundukkan kepalanya, melihat gadis yang berada dalam
air. Gadis yang saat itu sedang sedih dan perih hatinya. Kembali, air mata itu
memenuhi pelupuk matanya. Kristal cair mulai menetes.
“Chris..” ucapnya dengan suara lirih.
To be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar