Chapter 7
Anak-anak MOS berhambur keluar kelas, dan sekarang memenuhi
lapangan sekolah. Semua sibuk mengerumuni kakak OSIS hanya untuk 1 tanda
tangan. Memang dalam 1 minggu ini kakak OSIS setara dengan artis dan kami
sebagai fans haha. Itu juga menjadi alasan, kenapa mereka sok jual mahal. Minta
ini lah, minta itulah, perjuangan dan kegigihan di perlukan demi mendapat tanda
tangan mereka. Lebih-lebih dari orang yang ingin berperang.
Dan, itu yang sedang aku lakukan sekarang. Ini jam
istirahat, waktu yang selalu dimanfaatkan untuk mencari TTD. Sekarang kami
lebih seperti little puppy yang sedang di ajak main. Apa yang di bilang sama
senior, ikut aja. Di suruh apa di lakuin. Yah, begitu deh.
‘Dek, mau cari TTD bareng kakak ga? Cie, gayanya ya. Serius,
Jen mau kubantu ga?’ Steve, maksudnya kak Steve menawarkan bantuan. Bukankah
sebuah kecurangan jika aku dapat mendapat banyak TTD dengan bantuan kakak OSIS?
‘Hm, sejak kapan seorang kakak OSIS mau membantu peserta?
Dan sejak kapan kakak OSIS diperbolehkan berinterkasi sedekat ini dengan
peserta? Bukankah kita berbeda level. Kakak itu tinggi levelnya sementara kami
cuma dijadikan seperti pesuruh saja’
‘Ti..’
‘Hey, Even ayolah kesini. Ikutan nih ngerjain mereka.
Ngapain kamu disana sama peserta lagi. sini-sini show baru mau dimulai nih’
seru salah satu kakak OSIS
‘Apa ku bilang. Tuh kamu di panggil. Gih sana. Puas-puasin
aja nyiksa anak orang yaa. Selamat’
‘Ehh.. tapi..’
Di tengah pembicaraan, tiba-tiba aku melihat Kevin yang
sedang melintas. Kebetulan sekali.
‘Kevin!’ panggilku
‘Eh, Jenny. What are U doing here?’
‘Ga tau nih. Eh, mau cari TTD juga ya? Bareng yuk’
Yah, setelah itu kami pergi meninggalkan Steve disana. Dan
ia bergabung dengan kakak OSIS lainnya. Steve. orang yang selama ini
kurindukan. Orang yang selalu melekat dalam pikiranku. Yang selalu hadir
menemani disetiap mimpiku. Bahkan aku masih mengharapkan dia di hari terakhir
liburan, 1 hari sebelum MOS. Nah, sekarang saat aku bisa bertemu kembali
dengannya, saat aku sebenarnya bisa mengungkapkan semuanya. Aku malah
mengusirnya, aku malah menyuruh dia pergi.
Mungkinkah semua penjelasannya itu benar. Dia bilang saat
itu kami masih terlalu belia. Lantas mengapa dia pergi, dia benar-benar
menghilang tanpa kabar, seperti yang kukatakan, dia tak pernah mengangkat telpon
atau membalas sms dariku. Dia hanya tiba-tiba pergi. PHP ya benar, itu yang
dilakukannya. Sulit untuk percaya, dia belum mendapat penggantiku, apalagi
sekarang dia sudah SMA. Dan dia bilang I’m the one and only. Haruskah aku
mempercayainya?
Dan setelahnya, selama hari itu, disetiap ada kesempatan dia
selalu mendekatiku. Kembali mengulang kejadian masa lalu, dia melakukan hal
yang dulu sering dilakukannya, melakukan hal yang dulu bisa membuat perasaanku
bergetar, dia berusaha mengembalikan semuanya, mengembalikan waktu dulu. Dan
sikapnya benar-benar mengusik pikiranku, ya sedikit perhatianku ada padanya.
Membuatku tak bisa fokus ke Kevin hari ini. Dan kegiatan selanjutnya PBB.
Menyaksikan demonstrasi dari kakak-kakak paskibra di bawah
paparan terik matahari. Ya, sekarang kami nampak seperti ikan asin yang sedang
di jemur, haha. Mengasyikan. Sungguh! Ya, itu karena orang yang berada di
sampingku, Kevin. Dan aku terlepas dari kak Steve. ia sedang mendampingi
kelompok lain.
Terik matahari yang menyinari kami, ternyata hanya sesaat
saja. Tiba-tiba rintik hujan turun, deras dan deras sekali. Seluruh peserta MOS
langsung berhambur masuk ke kelas, semua berlari dan bergegas. Lantai lapangan
sangat licin, dan membuatku tergelincir saat akan berlari masuk. Aku terjatuh,
terantuk batu dan lututku berdarah.
‘Help.help!’ jeritku. Tapi tak seorangpun mendengar. Semua
masih sibuk berlarian. Dan suaraku tenggelam di tengah derasnya hujan, sembari
aku menahan sakit ini. Sakit sekali. Tiba-tiba, Dari belakang, seseorang menabrakku
dengan keras. Dan kemudian, aku berada di alam bawah sadar. Pingsan.
Sementara itu, dilapangan. Saat keadaan sudah mulai sepi.
‘Jen. Jenny, kamu kenapa? Bangun-bangun’ kata Kevin, yang
kala itu menyadari kondisiku yang terkulai lemas. Mendengar ucapannya, Steve
juga datang dan langsung membawaku ke UKS.
‘Kak.’
‘Sudahlah, ini urusan kakak. Cepatlah kamu kembali ke kelas’
katanya pada Kevin.
Entah sudah berapa lama aku tak sadar. Saat aku membuka
kedua kelopak mataku, aku berada di ruangan yang asing. Aku tak tau ini dimana,
dan kepalaku masih sedikit pusing. Sementara itu, di samping ku, duduk
seseorang yang sangat ku kenal. Steve, kak Steven.
‘Syukurlah kau sudah siuman’
‘Hey, dimana aku? dan apa yang kau lakukan disini?’
‘UKS. Kau berada di UKS. Tadi kau pingsan, Jenny. Dan sku
menunggumu sampai siuman’
‘Mana yang lain? Bukankah kami harus mengikuti PBB?’
‘Ya, mereka sedang latihan di luar. Tapi, jangan khawatir
kau tak perlu ikut, aku sudah meminta izin untukmu tadi. Istirahatlah dulu
disini. Hm, kalau begitu, aku kembali ke kelas ya, aku masih perlu mengecek bet
nama mereka. Dan milikmu. Ini salah!’ katanya seraya mengeluarkan spidol dan
menandai bet namaku. Dan setelah itu dia beranjak pergi.
‘Steve. makasih ya! Eh, maksudku kak Steve’
‘Haha, aku nampak sudah tua jika dipanggil kakak olehmu Jen.
Panggil Steve saja, jika tak ada OSIS lain sekitar kita. Ok. Sama-sama. GWS’
ucapnya sambil tersenyum dan meninggalkanku.
Ya, dan sekarang ini lebih seperti cinta segitiga, dengan
aku sebagai pusatnya. Haha. Jujur, sekarang aku malah binggung. Kenapa Steve
berhasil? Berhasil kembali merebut perhatianku? Padahal, Kevin. Aku ingin fokus
ke dia. kenapa? Ada aja. Huh!
Haruskah aku mendekat ke Kevin, Satu-satunya peserta MOS
yang perduli padaku, dan senantiasa menolongku, tapi masih belum jelas
statusnya. Ataukah aku harus kembali menerima Steven, My first love. Yang kini
kembali masuk lagi ke hidupku? Haruskah kesempatan kedua itu di berikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar