NEW DESIGN OF STUDY ROOM
Ujian tengah sudah di depan mata, tinggal 6 hari lagi. kini
mereka memasuki masa persiapan. Siswi-siswi St. Theresa mau tidak mau harus
belajar lebih giat. Semua harus berjuang lebih keras agar mendapat nilai yang
bagus. Karena jika tidak, mereka harus mengikuti remedial dan itu tandanya
mereka harus menunda liburan mereka selama 1 minggu. Kalau sampai itu terjadi,
mimpi buruk bukan?
Minggu ini harusnya menjadi minggu yang sulit dan berat
mengingat ujian yang tinggal 6 hari lagi. namun ujian itu tidak menjadi soal
bagi Tasya Cs. Masih ada-ada aja tingkah kocak mereka yang bikin Matron agak
kerepotan.
Seperti hari ini, anak-anak tingkat 2 berniat untuk berkumpul
di ruang duduk, membicarakan strategi ujian dan untuk belajar bersama. Namun,
saat pintu ruang duduk di buka, anak-anak dibuat terkejut..
Di setiap sisi ruangan di penuhi dengan hiasan-hiasan,
balon-balon, kertas warna, meja dan kursipun di hias begitu. Ruang duduk yang
seharusnya menjadi tempat yang tenang untuk belajar, sekarang berubah dan lebih terlihat seperti lokasi birthday
party anak usia 5 tahun.
Meriah sekali hiasannya, colourful, semua memenuhi ruangan,
ditambah lagi dengan adanya pinata yang tergantung di tengah ruangan itu..
Belum hilang rasa kaget tadi, sekarang kami lebih tercengang
melihat sebuah banner yang terpampang di dinding depan. Bertuliskan ‘Selamat
Menempuh Ujian Tengah Semester Anak-Anak Tingkat 2. Semangat!! =D’
“Siapa yang buat semua ini? Bukankah ini tempat yang
seharusnya untuk belajar, kenapa bisa jadi gini?” tanya Matron yang saat itu
sedang bersama-sama kami.
Semua siswi tingkat 2 diam, karena memang diantara mereka tak
ada yang tau siapa yang berbuat demikian. Menyulap tempat belajar ini.
“Harusnya kan kalian menjadi contoh yang baik untuk adik kelas
kalian, bukan malah sebaliknya. Dan kurasa sekarang kalian lah yang perlu
mencontoh anak-anak tingkat 1. Mereka tenang dan serius belajar di minggu
persiapan ini. Ingat waktu kalian hanya tersisa 1 minggu lagi. kalian tak bisa
terus bersenang-senang seperti ini” sambungnya
“Tapi, bukankah dalam menghadapi ujian tak harus selalu
serius, bu? Bukankah belajar..belajar dan terus belajar tanpa adanya istirahat
bisa buat stress ya bu?” kata Valencia yang baru datang bersama Maureen dan 3
Queen dibelakangnya.
“Dan lagi, kurasa belajar itu tak selamanya harus duduk manis
dengan pandangan terfokus ke arah buku. Ilmu itu bisa di dapat dimana saja,
kapan saja dan dengan cara apa saja, Bukan begitu?” sambung Maureen
“Kuakui perkataan kalian berdua ada benarnya. Namun, apa
menurut kalian terus bersenang-senang tanpa pernah serius itu juga cara yang
benar? Apa yang akan kalian dapatkan dengan ketidak seriusan itu? Apa materi
pelajaran bisa masuk ke kepala kalian?”
“Dan Maureen, ya memang belajar itu banyak caranya, namun kau
fikir ilmu apa yang akan kalian dapat dengan mengadakan pesta begini? Adakah?”
“Kami tak mengadakan pesta, agar lebih menarik, meriah..”
sangkal Queenie “Dan engga ngebosenin tentunya”
“Ya..ya.. apapun lah itu. Terserah kalianlah. Saya pusing
melihat tingkah kalian yang macam-macam”
“Yeahh!!”
“Eitt, tapi ingat setelah ini kalian harus membereskan
semuanya dan mengatur ruang duduk ini seperti semula”
“Siap bu, akan kami laksanakan. Tapi sebelumnya, berjanjilah
untuk tidak melaporkan ini ke bu Theodora, Ok?”
“Ya, saya janji. Nah sekarang selamat belajar!! Satu lagi,
tolong jangan berisik. Saya tak mau tingkah kalian ini menganggu anak-anak
tingkat 1 yang lagi konsentrasi belajar. Kalau terdengar keributan, saya tak
kan segan untuk melaporkan ini kepada bu Theodora dan memberi kalian
‘Sanksi’!!”
“Sip bu, tenang saja, ibu tak kan mendengar apapun,
percayalah..”
“Benar begitu?”
“Iya, kami serius. Adakah ibu lihat kebohongan di wajah
anak-anak polos seperti kami? ;;)”
“Hah, Maureen. Ya akan kupegang janjimu.”katanya seraya pergi
meninggalkan kami dan menuju ruang duduk anak-anak tingkat 1
“Oh, bukankah ide kita mengubah tempat ini bagus, Valencia?”
“Ya, Maureen. Memang ide bagus, 3 Queen juga membantu. Ohh,
It’s looks perfect. Yah, walaupun tadi harus ada sedikit perdebatan dengan
Matron, tapi untungnya itu tak membuat kita melepas semua ini”
“Ya, kau benar..”
“Teman-teman, tolong dengarkan.. !!” Audrey memulai
pembicaraan.
Memang ya ada-ada aja tingkah anak-anak tingkat 2. Gara-gara
Maureen, Valencia, Queena, Queenie, dan Queecy yang mengubah desain ruang
duduk, sekelas diomelin Matron. Huh, sampai Matron jadi pusing sendiri. Dan
akhirnya lepas tangan dan tak mau mengurusi kami.
Menjadi sesuatu yang baik, terlepas dari pengawasan Matron.
Anak-anak tingkat 2 selalu ingin terlihat mandiri, ya walaupun sebenarnya
mereka belum bisa dan masih membutuhkan pengawasan serta bimbingan. Sayangnya,
tingkahnya itu loh, kadang-kadang bisa bikin guru-guru sampai geleng kepala.
Sementara itu, di tengah-tengah obrolan, Audrey selaku ketua
kelas ingin membicarakan sesuatu. Apa itu? Nantikan jawabannya di chapter
selanjutnya..
To be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar